Jakarta -
Ada kabar dari sebuah pesawat yang bisa melayang selama berbulan-bulan. Lalu, apa kegunaan nantinya dari pesawat unik ini?
Diberitakan CNN, Jumat (6/5/2022), pada tahun 2016, sebuah pesawat yang tampak aneh, ditutupi dengan lebih dari 17.000 panel surya. Sekilas, ini menunjukkan kepada dunia tentang masa depan penerbangan.
Dengan lebar sayap seperti Boeing 747, tetapi beratnya hanya sebesar SUV. Pesawat ini mengelilingi Bumi tanpa menggunakan setetes bahan bakar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebut Solar Impulse 2, pesawat itu gagasan penjelajah Swiss Bertrand Piccard dan insinyur Swiss Bertrand Borschberg, dibangun untuk memamerkan potensi energi terbarukan.
Setelah penerbangannya yang memecahkan rekor, ia telah mencapai tujuannya. Sekarang pesawat itu mendapatkan kesempatan hidup yang baru.
 Pesawat tenaga matahari Solar Impulse 2 (Foto: CNN) |
Pada tahun 2019, pesawat itu dibeli oleh Skydweller Aero, sebuah perusahaan rintisan AS-Spanyol yang bertujuan untuk mengubah pesawat menjadi satelit semu pertama yang layak secara komersial di dunia.
Pesawat ini diharapkan mampu melakukan pekerjaan satelit yang mengorbit, tetapi dengan lebih banyak fleksibilitas dan dampak lingkungan yang lebih sedikit.
"Satelit semu adalah pesawat yang tetap terbang, katakanlah, tanpa batas waktu," kata CEO Skydweller, Robert Miller.
"Itu berarti terbang selama 30, 60, 90 hari, mungkin setahun. Dan dengan demikian, pada dasarnya ia dapat melakukan apa pun yang Anda bayangkan dapat dilakukan oleh satelit," terang dia.
"Itu termasuk menyediakan telekomunikasi dan pencitraan Bumi, serta tanggap bencana dan pemantauan sumber daya alam," imbuh dia.
Selanjutnya, biaya murah dan hijau >>>
Biaya murah dan hijau
Menggunakan pesawat terbang untuk aplikasi semacam itu lebih fleksibel dan lebih murah. Karena, satelit mahal untuk dibangun dan harus diluncurkan ke orbit melalui roket, yang umumnya ditenagai oleh bahan bakar fosil.
Pesawat ini juga lebih berkelanjutan, karena satelit memiliki rentang hidup yang terbatas dan akhirnya dinonaktifkan, seringkali menambah masalah sampah antariksa.
Penelitian terbaru menemukan bahwa konstelasi besar satelit dapat merusak lapisan ozon dengan melepaskan bahan kimia saat mereka terbakar saat masuk kembali ke atmosfer bumi.
Setelah membeli Solar Impulse 2, Skydweller menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk memodifikasinya dan menerbangkannya lagi untuk pertama kalinya pada November 2020. Sejak itu, ia telah menyelesaikan 12 uji penerbangan, dalam cuaca cerah di tenggara Spanyol.
Lepas landas dan pendaratan masih ditangani oleh pilot, tetapi perusahaan mengatakan langkah selanjutnya adalah menambahkan sistem yang akan membuatnya otomatis.
Menghapus pilot dan kokpit memberi ruang untuk muatan yang lebih besar, dan merupakan langkah yang diperlukan untuk memungkinkan pesawat terbang selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan (penerbangan terlama Solar Impulse 2 hanya di bawah lima hari).
Miller mengatakan bahwa pesawat itu dapat dikerahkan pada awal 2023, dan dia yakin akan ada pasar untuk ribuan armada. Perusahaan seperti Facebook dan Google telah menguji satelit semu di masa lalu, tetapi tanpa pernah mengembangkan produk komersial.
Selanjutnya, memantau lautan dan akses seluler >>>
Memantau lautan dan akses seluler
Seperti halnya dengan satelit, proyek ini menarik minat awal untuk penggunaan dari pemerintah dan militer.
Angkatan Laut AS telah menginvestasikan USD 5 juta di Skydweller untuk menyelidiki kemampuan pesawat untuk melakukan patroli maritim, yang saat ini menggunakan drone yang dilaporkan dapat terbang tidak lebih dari 30 jam.
Unit Inovasi Pertahanan, sebuah organisasi pertahanan yang mencari teknologi baru untuk militer AS, telah memberi Skydweller kontrak USD 14 juta.
Miller, mengatakan bahwa pada akhirnya dia melihat Skydweller akan jauh lebih komersial daripada berorientasi pada pemerintah.
Banyak dari aplikasi potensialnya memiliki manfaat lingkungan, termasuk memantau penggunaan sumber daya alam, misalnya monitor laut untuk penangkapan ikan ilegal atau kebocoran minyak dari operasi pengeboran laut dalam.
Telekomunikasi kemungkinan akan menjadi penggunaan utama untuk Skydweller, karena menggunakan pesawat untuk menyediakan akses internet atau seluler dapat menjadi layak secara ekonomi di mana satelit atau infrastruktur tradisional tidak memungkinkan.
Skydweller juga dapat menawarkan dukungan udara selama operasi pencarian dan penyelamatan, misalnya selama kebakaran hutan, dengan fleksibilitas untuk dapat lepas landas dari bandara yang ada, ditempatkan ribuan mil jauhnya dan tetap di udara selama berbulan-bulan, tanpa emisi karbon.
Ia mampu terbang di malam hari dengan daya baterai, menggunakan energi yang disimpan saat siang hari.
Di antara tantangan yang akan dihadapi Skydweller adalah fakta bahwa pesawat akan membutuhkan sinar matahari untuk terbang yang akan membatasi penggunaannya pada garis lintang tertentu dan peraturan mengenai pesawat tak berawak.
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?