Menyoal Uang Panai Miliaran untuk Nikahi Wanita Bugis-Makassar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menyoal Uang Panai Miliaran untuk Nikahi Wanita Bugis-Makassar

Al Khoriah Etiek Nugraha - detikTravel
Minggu, 05 Jun 2022 19:40 WIB
Wanita di Bone dilamar dengan uang panaik atau mahar yang fantastis
Foto: Ilustrasi uang panai (dok.Istimewa)
Makassar -

Viral uang panai yang harus disiapkan mempelai pria yang ingin mempersunting wanita Bugis-Makassar. Jumlahnya tak sedikit, mencapai miliaran. Fenomena apa ini?

Seorang pria asal Kabupaten Bone, Dical Arfandi melamar calon istrinya Andi Besse Qurrata Ayyun yang masih berstatus sebagai mahasiswa dengan uang panai dan mahar berupa uang tunai Rp 300 juta, beberapa petak sawah, satu setel emas, showroom mobil beserta isinya, hingga biaya kuliah setelah menikah.

Budayawan Bugis-Makassar dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Burhan Kadir menilai hal itu wajar sebagai bentuk penghargaan kepada wanita Bugis-Makassar yang akan dipinang oleh seorang pria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nilai uang panai adalah bentuk penghargaan kepada pihak perempuan, sekaligus menunjukkan wajah keluarga sang laki berada pada level sosial seperti apa. Nilai fantastis saya kira sangat wajar karena memang berasal dari keluarga bangsawan, pejabat atau orang kaya," kata Burhan.

Burhan menjelaskan, sebenarnya uang panai berbeda dengan mahar, walaupun diberikan atau disampaikan pemberiannya dalam waktu yang sama, yakni ketika prosesi lamaran. Uang panai adalah uang yang wajib diserahkan pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang hendak dinikahi di luar mas kawin atau mahar. Jumlah uang panai yang diberikan biasanya disesuaikan dengan status sosial calon mempelai perempuan.

ADVERTISEMENT

"Jumlah besar dari uang panai karena biasanya status sosial perempuan, apakah karena bangsawan, pejabat, orang kaya, atau karena memiliki pendidikan tinggi," jelasnya.

Namun belakangan, uang panai dan mahar dengan nilai yang tinggi banyak disalahpahami oleh masyarakat suku Bugis-Makassar. Banyak dari mereka yang menuntut agar laki-laki memberikan uang panai dan mahar yang tinggi tanpa melihat status sosial. Padahal kata dia, panai yang tinggi untuk menjaga nilai secara status sosial.

"Yang banyak terjadi sekarang ini banyak yang latah dengan nilai uang panai tanpa melihat status sosial budaya mereka sebagai pihak perempuan. Apakah berada pada status bangsawan, pejabat, orang kaya, ulama dan berpendidikan tinggi. Semua orang ingin seperti itu, padahal latar belakang secara sosial itu tidak sama. Nilai fantastis itu adalah menjaga nilai secara status sosial budaya mereka," pungkasnya.


---

Artikel ini sudah naik di detikSulsel dan bisa dibaca selengkapnya di sini.




(wsw/wsw)

Hide Ads