Bukan Corona yang Ditakutkan Pariwisata Jepang, tapi...

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bukan Corona yang Ditakutkan Pariwisata Jepang, tapi...

bonauli - detikTravel
Sabtu, 11 Jun 2022 09:11 WIB
People hang out on a street as others eat and drink at restaurants and bars in Tokyo on the first night of the governments lifting of a coronavirus state of emergency Friday, Oct. 1, 2021. (AP Photo/Hiro Komae)
Jepang (AP/Hiro Komae)
Tokyo -

Jepang sudah kembali membuka diri untuk pariwisata. Butuh waktu lama untuk yakin, karena sebenarnya yang Jepang takutkan bukan Corona.

Dilansir dari Reuters, Jumat (10/6/2022), Jepang mulai mengizinkan turis masuk mulai hari ini. Itu diawali dengan pemanasan, berupa tur uji coba dengan bantuan agen perjalanan. Jepang hanya membuka pintu untuk turis rombongan

Kebijakan dilonggarkan aturan Covid-19 itu dilakukan setelah muncul tekanan berbulan-bulan dari eksekutif perjalanan dan pariwisata. Pemerintah sangat takut apabila kasus Corona kembali naik di Jepang karena ulah turis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada kekhawatiran bahwa turis akan berperilaku buruk. Orang tidak memakai masker dan tidak menggunakan sanitizer akan membuat infeksi menyebar lagi," ujar seorang eksekutif perusahaan pariwisata.

Selama ini, Kementerian Luar Negeri merasakan tekanan dari luar negeri untuk melonggarkan kontrol perbatasan. Ini juga jadi salah satu bujukan agar pemerintah mau membuka perbatasan.

ADVERTISEMENT

Saat ini pembukaan turis asing pun masih dilakukan dengan tahapan kuota. Wisatawan hanya bisa datang dengan pemandu, paket wisata dan kuota 20.000 orang setiap harinya.

Pemerintah daerah tetap khawatir bahwa turis asing akan membawa Corona melalui kelakuan yang buruk tersebut. Sehingga, Jepang masih sungkan untuk membuka diri sepenuhnya.

Pemikiran ini cukup beralasan, karena pada tur uji coba yang lalu Badan Pariwisata Jepang menemukan seorang turis yang dinyatakan positif dan tiga lainnya yang menunjukkan gejala Covid-19. Akhirnya, sisa tur dibatalkan.

Meski beralasan, namun sejumlah sektor pariwisata seperti hotel mengharapkan perbatasan yang dibuka secara penuh.

"Anda tidak dapat membayar tagihan, sewa dan tenaga kerja tanpa pariwisata,"' ujar operator hotel Resol Holdings Co Ltd.

Menurut peneliti Teikoku Databank, jumlah hotel yang ditutup secara nasional naik ke level tertinggi dalam lima tahun lalu. Tingkat utang hotel meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 2019.

Sementara itu, penarik becak di distrik kuil Asakusa Tokyo mengaku bahwa turis domestik tidaklah cukup. Menurut mereka, turis membuat Asakusa lebih hidup.

"Saya ingin turis asing kembali," ujar Yui Oikawa, supir becak dari Rise Up Tokyo Rickshaw.




(bnl/fem)

Hide Ads