TRAVEL NEWS
Kenapa Berat Bagasi Carry-on di Pesawat Dibatasi? Ini Alasannya

Di tengah kekacauan bandara dalam mengurusi bagasi terdaftar (checked baggage), membawa koper jinjing (carry-on) dapat menjadi pilihan. Namun, perlu diperhatikan bahwa ada batasan berat untuk bagasi ini.
Banyaknya bandara yang mengalami kekurangan staf membuat pengelolaan bagasi terdaftar menjadi kacau. Banyak traveler yang terpisah dari koper mereka. Beberapa mendapatkannya kembali setelah beberapa hari. Ada juga yang tidak.
Dalam kondisi ini, banyak yang menyarankan untuk memaksimalkan penggunaan bagasi carry-on. Hal ini dapat menjadi alternatif yang baik. Traveler dapat memanfaatkan tipe bagasi ini untuk menyimpan barang-barang penting.
Sayangnya, ukuran dan berat untuk bagasi carry-on atau kabin biasanya terbatas. Setiap maskapai memiliki aturan tersendiri mengenai hal ini.
Traveler tetap dapat memanfaatkan bagasi carry-on dengan optimal. Namun dengan batasan maksimal yang ditetapkan maskapai, membuat opsi ini tetap terbatas. Traveler tidak dapat memasukkan terlalu banyak barang.
Dilansir dari laman Traveller, aturan mengenai bagasi carry-on berbeda pada setiap maskapai. Misalnya pada maskapai American Airlines, mereka tidak menyebutkan adanya batasan berat. Mereka hanya membatasi ukuran koper atau barang yang bisa dimasukkan, yaitu maksimal berukuran 56 x 36 x 23 cm.
Beberapa maskapai lain seperti United Airlines dan Delta juga menerapkan aturan yang sama. Tidak ada berat maksimal, hanya ada batasan ukuran.
Namun, maskapai lainnya seperti British Airways dan Qantas memberlakukan batasan bagi ukuran dan berat. Pada British Airways mereka memberikan batasan ukuran 56 x 45 x 25 cm dengan berat maksimal 23 kg.
Adapun, Qantas mereka mengizinkan barang dengan ukuran maksimal 48 x 34 x 23 cm dengan berat maksimal 10 kg. Hal serupa juga berlaku di Virgin Australia. Penumpang dapat membawa tas berukuran standar dengan berat maksimal 7 kg atau dua tas kecil dengan total berat 7 kg.
Lalu, mengapa batasan jatah bagasi carry-on ini berbeda-beda? Serta apakah mungkin dengan keadaan bagasi terdaftar yang kacau membuat maskapai memberi jatah carry-on lebih banyak?
Sayangnya, jawabannya adalah tidak. Batasan untuk bagasi carry-on kemungkinan besar tidak akan berubah.
Meski tidak ada alasan struktural mengenai batasan berat bagasi carry-on. Namun bagasi yang lebih berat kemungkinan dapat memperlambat proses boarding.
Hal ini juga dapat menimbulkan permasalahan ketika penumpang tidak bisa memasukan koper beratnya ke loker yang berada di atas kepala. Selain itu, penambahan berat bagasi carry-on juga dapat meningkatkan risiko cedera yang lebih parah ketika tas atau koper tersebut jatuh mengenai penumpang.
Kemudian, ada pula permasalahan regulasi. Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil Australia (CASA) mengharuskan pilot untuk memastikan berat pesawat tidak melebihi berat standar.
Berat standar merupakan total dari jumlah penumpang, kru, dan bagasi carry-on. Berdasarkan aturan standar CASA, bagasi carry-on maksimal memiliki berat 7 kg.
Selain itu, batasan berat ini juga untuk menghindari kejadian tak terduga. Meski sangat jarang terjadi, namun pernah terjadi kejadian di mana loker tempat penyimpanan bagasi carry-on runtuh. Hal ini dialami maskapai LATAM Airlines penerbangan 8070 pada tahun 2019.
Kejadian seperti itu sangatlah jarang. Namun, kejadian di mana koper jatuh mengenai penumpang cukup umum terjadi. Sehingga selain karena regulasi, batasan berat bagasi carry-on juga tetap dipertahankan untuk meminimalisir kecelakaan-kecelakaan tersebut.
Simak Video "Penumpang Pesawat Mengaku Tak Takut Tertular Varian Omicron"
[Gambas:Video 20detik]
(ysn/fem)