Gawat! Rumah Gorila di Kongo Terancam Tambang Minyak

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gawat! Rumah Gorila di Kongo Terancam Tambang Minyak

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 29 Jul 2022 12:09 WIB
Two one-year old baby mountain gorillas play together in the forest of Bwindi Impenetrable National Park in southwestern Uganda Saturday, April 3, 2021. (AP Photo)
Ilustrasi gorila (Foto: AP Photo)
Jakarta -

Kongo sedang dalam proses lelang izin tambang minyak yang mencakup Taman Nasional Virunga. Aktivitas itu ditengarai membahayakan keberadaan gorila yang terancam punah.

Diberitakan CNN, Jumat (29/7/2022), penolakan para aktivis perubahan iklim pada tambang minyak tak menyurutkan Republik Demokratik Kongo yang terus bergerak maju dengan rencana melelang sebagian besar blok pengeboran minyak dan gas. Lokasinya di hutan hujan dan lahan gambut negara itu.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Hidrokarbon mengatakan ada 27 blok minyak dan tiga blok gas akan dilelang. Jumlahnya meningkat dari sekitar 16 blok yang awalnya dijanjikan negara itu pada bulan Mei.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Blok-blok tersebut mencakup area yang mencapai Taman Nasional Virunga. Itu adalah tempat perlindungan bagi gorila gunung yang terancam punah di Kongo timur.

Didier Budimbu, menteri Hidrokarbon Kongo, mengatakan Selasa bahwa eksploitasi minyak akan menguntungkan penduduk Kongo.

ADVERTISEMENT

"Presiden Felix Tshisekedi punya visi dan ingin rakyatnya keluar dari kemiskinan," kata Budimbu saat konferensi pers.

Republik Demokratik Kongo memiliki lebih dari 27 juta penduduk, termasuk lebih dari 3 juta anak-anak. Sepertiga dari populasi negara itu tidak memiliki makanan yang cukup untuk diri mereka sendiri.

Lebih dari 5 juta orang yang kehilangan tempat tinggal, menurut Dewan Pengungsi Norwegia.

Sebuah petisi yang ditandatangani oleh lebih dari 100.000 orang, menyerukan Presiden Felix Tshisekedi dari Republik Demokratik Kongo untuk mengakhiri pengembangan ladang minyak dan gas baru di negara itu, menurut rilis berita dari Greenpeace USA.

"Hanya enam bulan setelah menandatangani kesepakatan perlindungan hutan senilai USD 500 juta di COP26, pemerintah Kongo menyatakan perang terhadap bumi kita dengan minyak dan gas," kata Irene Wabiwa Betoko dari International Project Leader for the Congo Basin forest, Greenpeace Africa.

"Efeknya akan langsung dibayar oleh masyarakat Kongo, yang tidak mengetahui pelelangan, belum dikonsultasikan atau diberitahu tentang risiko terhadap kesehatan dan mata pencaharian mereka. Banyak dari mereka akan menentangnya dan kami akan mendukung mereka," dia menambahkan.

Budimbu menolak kritik akan lelang yang menyatakan bahwa organisasi non-pemerintah tidak dapat mendikte bagaimana negara berdaulat dipimpin.




(msl/fem)

Hide Ads