Menyusul ditetapkannya biaya kontribusi Rp 3,75 juta ke TN Komodo, pelaku wisata di Labuan Bajo mogok selama sebulan. Potensi PAD 28 Miliar pun terancam hilang!
Dengan diberlakukannya harga tiket masuk baru ke TN Komodo sebesar 3,75 Juta per wisatawan yang berlaku selama setahun, diperkirakan tidak saja akan berdampak pada menurunnya tingkat kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo, tetapi juga dikhawatirkan berdampak pada target PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor pariwisata.
"Mengacu pada data Disparekrafbud Kabupaten Manggarai Barat, realisasi PAD Manggarai Barat tahun 2022 dari sektor pariwisata masih jauh dari target yang ditetapkan, yakni Rp 28 miliar," ujar Taufan Rahmadi, pengamat pariwisata kepada detikTravel, Selasa (2/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai akhir bulan Juni 2022, PAD yang terkumpul baru Rp 3,2 Miliar. Dari angka itu, 90% pendapatan berasal dari kunjungan wisatawan ke dalam wilayah Taman Nasional Komodo (TNK), termasuk aktivitas diving dan snorkeling yang dilakukan di sana.
Wisatawan nusantara atau turis domestik masih mendominasi kunjungan ke Labuan Bajo. Dari 65.362 wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo selama setahun terakhir, sebanyak 53.824 merupakan turis domestik sebanyak 82 persen. Sisanya 18 persen wisatawan mancanegara dengan jumlah 11.538 kunjungan.
"Tentunya Kondisi labuhan bajo yang tidak kondusif pasca aksi demo yang berlanjut pada aksi mogok kerja para pelaku pariwisata akan memicu para wisatawan untuk mengurungkan niatnya berkunjung ke Labuhan Bajo sehingga target PAD pun berpotensi tidak tercapai," terang Taufan.
Jika jumlah kunjungan wisatawan menurun, otomatis ribuan pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di Labuan Bajo akan terancam kehilangan pekerjaan mereka. Mengutip data dari Disparekrafbud Kabupaten Manggarai Barat, jumlah tenaga kerja di industri pariwisata berjumlah 4.412 orang pada tahun 2019.
"Saat ini, ketika tren pandemi yang menurun dan kunjungan wisatawan mulai meningkat ke Labuan Bajo, ribuan tenaga kerja ini harus kembali dihadapkan pada ancaman kehilangan pekerjaan imbas polemik kebijakan kenaikan tiket masuk 3,75 Juta tersebut. Hal ini seakan mematikan semangat mereka untuk bangkit kembali setelah dua tahun diterpa pandemi," imbuh Taufan.
Untuk itu, Taufan menyarankan agar kebijakan tersebut dikaji ulang, serta disosialisasikan dan diedukasikan kembali kepada masyarakat.
"Tunda dan kaji ulang dulu kebijakan terkait kenaikan tiket, berlakukan masa transisi guna memperkuat sosialisasi dan penguatan edukasi ke masyarakat," pungkasnya.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!