Belum genap sepekan kafe ganja RG420 dibuka di Khao San, area Bangkok yang populer di kalangan backpacker. Menjadi pertanda kebangkitan wisata Thailand.
RG420 bukan satu-satunya kafe ganja yang muncul di Bangkok. Beberapa gerai serupa dibuka di seluruh ibu kota negeri gajah putih itu sejak Thailand melegalkan ganja pada Juni 2022.
Langkah itu sebagai upaya untuk mendongkrak kedatangan wisatawan asing. Kedatangan turis asing menyusut menjadi 2 juta pada paruh pertama 2022 dari hampir 40 juta pada 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah pemerintah itu disambut dengan cepat oleh pemilik RG420, Ongard Panyachatiraksa dan kage ganja lainnya. Mereka optimistis kafe ganja menjadi pusat upaya untuk menghidupkan kembali industri pariwisata yang berkontribusi sekitar 12% terhadap PDB sebelum pandemi.
Dia mengatakan ratusan orang mengunjungi kafe setiap hari. Dia pun percaya diri untuk membuka cabang di lokasi lain.
"Orang Eropa, Jepang, Amerika, mereka mencari ganja Thailand," kata Ong-ard seperti dikutip CNN, Jumat (5/8/2022).
"Ganja dan pariwisata cocok," dia menambahkan.
Thailand menjadi pionir Asia Tenggara yang melegalkan ganja untuk penggunaan medis. Pada bulan Juni, warga diperbolehkan untuk menanam tanaman ganja.
Kebijakan itu sedikit melenceng dari aturan pemerintah Thailand, yang melarang penggunaan ganja untuk bersenang-senang. Ya, warga lokal bukan sekadar memanfaatkannya untuk medis dan kuliner, tetapi juga fungsi rekreasi.
Pemerintah Thailand mulai khawatir tentang efek negatif pada kesehatan dan produktivitas yang sering dikaitkan dengan penggunaan obat yang tidak terkontrol - secara retrospektif mencoba untuk mencegah.
"Undang-undang tidak mencakup penggunaan ganja rekreasi atau untuk bersenang-senang. Dan, kalaupun terkait promosi pariwisata itu difokuskan pada aspek medis," kata Wakil Gubernur Otoritas Pariwisata Nasional, Siripakorn Cheawsamoot.
Pemerintah Thailand pun kemudian mengeluarkan peraturan soal batasan konsumsi ganja. Di antaranya, larangan merokok ganja di depan umum dan penjualannya kepada yang di bawah umur 20-an.
Sebuah komite parlemen sedang memperdebatkan RUU untuk mengatur penggunaan ganja yang diharapkan selesai pada bulan September dan dapat berdampak pada kafe ganja.
Akira Wongwan, seorang pengusaha ganja medis dan salah satu penasihat komite, menyebut penggunaan ganja untuk senang-senang harus tunduk pada undang-undang.
Sementara itu, faktanya, kafe ganja RG420 menyediakan ruang merokok ganja.
"Negara ini indah dan ada banyak hal lain yang bisa dilakukan di sini," kata turis Inggris Malik Khan.
"Ini (ganja) menjadikan view di destinasi wisata alam menjadi sangat bagus," pria 26 tahun itu menambahkan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Ada Apa dengan Garuda Indonesia?