Lomba HUT RI Hasil Adaptasi Kolonial, Dikritik sebagai Pembodohan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Lomba HUT RI Hasil Adaptasi Kolonial, Dikritik sebagai Pembodohan

Putu Intan - detikTravel
Kamis, 11 Agu 2022 16:22 WIB
Lomba 17-an mulai diselenggarakan di berbagai daerah di Indonesia. Anak-anak pun antusias mengikuti berbagai perlombaan tersebut.
Lomba panjat pinang. Foto: Antara Foto
Jakarta -

Perayaan HUT RI identik dirayakan dengan lomba-lomba. Rupanya lomba-lomba tersebut sudah ada sejak zaman kolonial dan dianggap sejarawan sebagai pembodohan.

Selain upacara bendera, gelaran lomba-lomba tak pernah absen dalam perayaan HUT RI. Lomba-lomba itu biasanya diadakan di lingkungan rumah, sekolah, hingga perkantoran.

Pesertanya juga bukan cuma anak-anak. Orang dewasa juga tampak antusias mengikuti aneka lomba itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Instagram Ditjen GTK Kemdikbud RI, setidaknya ada 6 lomba yang kerap muncul dalam perayaan HUT RI. Lomba-lomba ini juga menyimpan makna sejarah yang merupakan hasil adaptasi dari zaman kolonial.

Berikut lomba HUT RI dan makna sejarahnya:

ADVERTISEMENT

1. Lomba Makan Kerupuk

Lomba ini diselenggarakan dengan cara menggantung kerupuk menggunakan tali. Para peserta lomba diminta untuk menghabiskan kerupuk tersebut dengan mata yang ditutup dan tangan yang diikat di belakang punggung.

Peserta yang menghabiskan kerupuknya lebih dulu akan menjadi pemenang. Ternyata, lomba ini merupakan penggambaran rakyat Indonesia ketika masa penjajahan yang mengalami kesulitan pangan.

2. Lomba Panjat Pinang

Panjat pinang menjadi perayaan yang selalu dilaksanakan saat HUT RI. Seperti yang telah dijelaskan, lomba ini dilakukan dengan cara melumuri oli pada batang pohon pinang dan para peserta diminta untuk mengambil hadiah yang telah digantung di atas.

Lomba panjat pinang berasal dari hiburan panjat tiang ketika orang Belanda berada di Indonesia pada zaman kolonialisme.

3. Balap Karung

Lomba 17 Agustus lainnya yang populer adalah balap karung. Lomba tersebut dilakukan dengan cara memasukkan badan ke dalam karung goni dan loncat hingga mencapai garis finish.

Lomba balap karung menggambarkan suasana pada masa kolonial, di mana masyarakat Indonesia saat itu sangat kesulitan. Bahkan, mereka menjadikan karung goni sebagai pakaian sehari-hari.

4. Tarik Tambang

Lomba tarik tambang pada 17 Agustus memiliki makna gotong royong, kebersamaan, dan solidaritas masyarakat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.

5. Egrang

Pada lomba egrang, peserta harus menaiki tongkat bambu dan berjalan menggunakan kaki egrang. Walaupun kelihatannya sederhana, sebetulnya egrang cukup sulit dilakukan jika pesertanya tidak memiliki keseimbangan yang baik.

Dahulu, egrang ditujukan sebagai ejekan dari warga pribumi terhadap orang Belanda yang memiliki tubuh tinggi.

6. Balap Bakiak

Balap bakiak adalah salah satu lomba 17 Agustus yang memerlukan kerjasama antar tim. Caranya, mereka memasukkan kaki ke dalam bakiak dan mencoba mengangkatnya secara bersama-sama.

Selanjutnya: kritik atas aneka lomba HUT RI

Lomba HUT RI dikritik sejarawan

Sejarawan Asep Kambali melalui postingan di Instagramnya @asepkambali, mengungkapkan kritik pada perayaan HUT RI yang selama ini dilakukan masyarakat, termasuk soal perlombaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan kemerdekaan Indonesia.

[Gambas:Instagram]



"Kenapa kita dibikin nggak paham sejarah, nggak tahu para pahlawan, nggak mau belajar sejarah? Karena setiap kemerdekaan kita merayakannya dengan panjat pinang, balap karung dan makan kerupuk," kata Asep. Tim detikcom sudah meminta izin untuk mengutip pernyataan Asep.

Menurutnya, dengan melakukan perlombaan itu, tidak membuat masyarakat terutama anak-anak mengenal makna kemerdekaan. Lomba-lomba tersebut tidak memperkenalkan masyarakat dengan para pahlawan yang berjasa dalam kemerdekaan Indonesia.

"Apakah dengan panjat pinang, balap karung dan lomba makan kerupuk kita makin kenal para pahlawan, makin tahu jasa dan perjuangan para pahlawan bangsa? Tidak," ia berseru.

Asep justru menilai lomba-lomba yang selama ini dilakukan melanggengkan pemikiran kolonial.

"Balap karung simbol tanam paksa, karena pakai karung goni. Panjat pinang simbol penjajahan dan balap makan kerupuk simbol kemelaratan. Jadi pembodohan masal yang dilakukan sejak zaman kolonial kita lestarikan sampai hari ini," ujarnya.


Hide Ads