Tidak disangka-sangka, kelompok Islam radikal dan intoleran menyusup ke kawasan wisata di Garut Selatan. Umat diiming-iming infak Rp 25 ribu untuk masuk surga.
Nurul Barkah, penyuluh agama di KUA Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat, menyebut aliran Islam radikal yang menuju kepada makar sudah ada puluhan tahun lalu. Jika dirunut, akarnya berasal dari pemberontakan DI/TII yang digawangi Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
"Itu sudah lama. Waktu saya SD tahun 1995 sudah ada. Tapi alhamdulillah di pemerintahan Pak Jokowi mengantisipasi aliran radikalisme ini lebih digalakkan lagi," kata Nurul dalam perbincangan dengan detikTravel di minggu pertama Agustus 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah terbongkar terus aliran itu. Penanganannya luar biasa, menurunkan Densus 88 ke lapangan, lalu menekankan ke semua instansi paling utama di Kementerian Agama yang di dalamnya ada penyuluh," kata dia.
Untuk merangkul kembali para pengikut Islam radikal itu, Nurul menggunakan pendekatan secara persuasif. Setelah diberi tahu secara baik-baik, warga terpapar itu pun sadar dengan sendirinya.
"Pendekatannya dengan halus dan lembut alhamdulillah berhasil. Pembinaan di masjid, pengajian, sampai rumah, mereka menyambut luar biasa karena mereka tidak tahu," kata dia.
Kenapa dibilang ajaran menyimpang?
"Pertama harus berikrar kembali atau mengucap syahadat lagi. Kalau tidak kita akan dianggap bukan Islam. Kedua ada infak dan infaknya harus ke mereka, ke pimpinan. Dan yang paling parah menganggap Thogut ke Pancasila dan pemerintahan yang sah," kata Nurul.
"Kalau dilihat dari pengamatan, hasil dengaran masyarakat lebih cenderung ke makar dan menegakkan hukum Islam di Indonesia," kata dia.
Nurul lalu menjelaskan kenapa ustaz atau tokoh agama bisa terpapar radikalisme. Salah satu alasan utamanya adalah pertolongan dari segi finansial.
"Banyak faktor yang menyebabkan ustaz masuk ke radikalisme, pertama ketidaktahuan bahwa ini adalah aliran yang dilarang pemerintah. Kedua diiming-imingi keuntungan dari segi finansial ke ustaz itu," kata dia.
"Itu sudah seperti MLM (multi level marketing) semakin banyak yang direkrut maka semakin banyak keuntungan yang mereka dapat," ujar dia lagi.
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol