Mitos Gunung Guntur, Apakah Berkaitan dengan Pemberontakan DI/TII?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mitos Gunung Guntur, Apakah Berkaitan dengan Pemberontakan DI/TII?

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Selasa, 09 Agu 2022 21:25 WIB
Garut dan Islam radikal
Gunung Guntur Garut dari atap salah satu hotel (Foto: Pradita Utama/detikcom)
Garut -

Gunung Guntur jadi salah satu ikon Garut. Destinasi ini juga menyimpan mitos dan larangan yang perlu diketahui pendaki.

Untuk menjawab hal di atas, kami bertanya pada salah satu kuncen Gunung Guntur, yakni Ade Leji kuncen. Terkait mitos dan yang berbau mistis ia lancar menjelaskannya.

"Kalau ada yang mau ziarah ke sini ada makamnya di atas. Makam Eyang Dalem Wirasuta, dia yang karuhun (leluhur) di sini," kata Ade.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ade lalu menjelaskan larangan-larangan yang tak boleh dilakukan oleh para pendaki. Total ada tiga larangan bagi pendaki Gunung Guntur.

"Mitos-mitosnya, larangan-larangannya ada di sini. Larangannya kalau pendaki jangan sok tahu jalan, 'Ke mana jalannya itu? Saya sudah tahu jalannya ini. Ke mana jalan, ke mana jalan langsung nyasar di sini'," kata dia.

ADVERTISEMENT

"Jalan sejalur, bisa jadi nanti menjadi tiga jalur kalau di sini. Kedua, jangan membunyikan suling. Siul. Larangannya zaman dahulu, kalau main suling karuhun-karuhun di sini terganggu dan dia bisa hilang dari peredaran," imbuh dia.

"Ketiga, kalau mendaki di Gunung Guntur jangan sampai kalian melamun juga," terang dia. Ia lalu menyinggung tentang hilangnya pendaki cilik bernama Gibran yang dikatakan melamun saat mendaki di sana.

Ade Leji kuncen Gunung GunturAde Leji kuncen Gunung Guntur (Foto: Pradita Utama/detikcom)

Ditanya soal mitos tidak boleh membunyikan seruling berkaitan dengan pemberontakan DI/TII dari SM Kartosoewirjo, Ade menampiknya. Kata dia hal itu berkaitan dengan hal-hal mistis.

"Nggak ada. Nggak ada kaitan. Apa jadi tempat bersembunyi mereka? Tidak ada kaitannya itu sama pemberontakan," kata dia.

"Tidak ada di gunung lain, cuma di Gunung Guntur saja nggak boleh main seruling. Kalau di sini itu tadi larangannya,," terang dia.

"Katanya masih ada belang-belang, maung. Tapi itu bukan maung galak, karuhun," kata dia.

Ia lalu menjelaskan keadaan di mana ada pelanggar lalu hilang di Gunung Guntur. Pengingat pertama dari Ade adalah selalu membaca bismillah sebelum mendaki.

"Kalau kita hilang harus melakukan spiritual dulu. Izin dulu. Kan di gunung mana-mana ada seperti itu. Kalau mau jalan harus baca bismillah," kata dia.

Lalu, apakah Gunung Guntur masih ramai pendaki? Ade menyebut masih ada saja pendaki yang datang dari dalam dan luar kota Garut.

"Ya lumayan masih ramai. Mereka datang Garut, uar Garut, Bandung, Jakarta," kata dia.




(msl/wsw)

Hide Ads