Tari Kecak yang ditampilkan di Pura Luhur Uluwatu bukan sekadar pertunjukan seni. Ada makna magis dan filosofis di baliknya.
Ketua Sanggar Tari Tabuh Karangboma, Desa Adat Pecatu I Made Astra menjelaskan, secara filosofi tari Kecak yang sudah eksis di Desa Adat Pecatu sejak tahun 1930an memiliki nilai magis.
"Artinya kita dengan pementasan dengan beberapa penari Kecak, penari tari kita mengambil epos Mahabharata dan Ramayana," terang I Made Astra di Pura Luhur Uluwatu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sinilah, lanjutnya, banyak filosofi - filosofi yang didapat seperti ceritanya.
"Untuk kecaknya, artinya tarian bisa berkumpul tarian yang memiliki nilai magis di sini dulu belum ada penerangan dan kami hanya gunakan penerangan alam," imbuh I Made Astra.
![]() |
Selain itu menurutnya, tarian kecak juga memiliki makna menyatukan antara warga di Bali.
"Ya kalau berkumpul kami juga bersenda gurau, para penari juga harus memainkan formasi-formasi sehingga drama bernilai estetis," ungkapnya.
Dan dalam perkembangannya, Tari Kecak di Uluwatu ada dua kelompok, katanya. Pertama Kecak Uluwatu dan Karang Boma.
"Tahun 90-an itu belum berkembang. Kami coba bagaimana menghidupkan seni di Desa Pecatu yang bisa dikomersilkan sehingga kami punya modal secara pemandangan dan punya SDM yang ingin meningkatkan taraf ekonomilah," kata Astra.
Untuk dapat menikmati Tari Kecak dan Fire Dance di kawasan Pura Luhur Uluwatu wisatawan baik lokal maupun asing dikenakan tarif Rp 150 ribu.
Harga ini menurut Sudira sangat pantas mengingat ada 4 obyek yang dapat dinikmati wisatawan. Empat spot itu seperti pemandangan alam pantai dengan sunsetnya (matahari terbenam), ada monyet liar yang tidak jahat, ada pura Luhur Uluwatu dan terakhir katanya Tarian Kecak itu tadi.
Dan jika pengunjung penuh katanya, tari Kecak dapat dimainkan dua sesion (dua kali).
Artikel ini sudah tayang di detikBali.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!