Negara Asia Timur agaknya punya masalah penurunan gairah pada warganya. Bila China menghadapi penurunan angka kelahiran, Jepang kini alami penurunan konsumsi sake.
Sake merupakan minuman beralkohol khas yang terkenal sebagai ikon Jepang. Bahkan, wisatawan dinilai belum ke Jepang bila tak mencicipi sake.
Sake juga sudah berusia tua. Eksistensi sake pertama kali tercatat pada tahun 700 Masehi. Sake pun menjadi bagian yang tak terlepaskan dari budaya Jepang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun saat ini, pemerintah Jepang harus menghadapi kenyataan bahwa generasi mudanya mulai jarang mengkonsumsi sake. Dilansir dari The Sun, Kamis (18/8/2022) industri alkohol Jepang telah lama mengalami kegagalan. Berdasarkan data badan pajak, konsumsi minuman keras anjlok dari rata-rata 100 liter per orang per taun pada 1995 menjadi 75 liter pada 2020.
Sebelumnya, pabrik sake Tatenokawa juga pernah menggelar survei untuk mengetahui minat minum sake di kalangan anak muda Jepang. Pabrik ini melakukan survei pada 10.000 pria dan wanita yang rentang usianya antara 20-60 tahun.
Dari survei itu didapatkan sebanyak 28 persen responden berusia 20-30 tahun mengatakan mereka sudah tidak minum sake lebih dari setahun. Salah satu penyebabnya adalah pandemi COVID-19 yang melarang orang-orang untuk berkumpul.
Lalu sebanyak 42 persen menjawab mereka tidak pernah minum sake sebelumnya. Ini berarti, setidaknya 70 persen responden itu tidak minum sake sama sekali dalam setahun terakhir.
Menariknya lagi, survei itu juga mengungkapkan perbedaan gender dalam mengkonsumsi sake. Sebanyak 74 persen dari semua wanita yang disurvei tidak minum sake selama lebih dari setahun.
Wanita punya kecenderungan minum sake bersama keluarga atau teman. Sedangkan laki-laki lebih suka minum sake sendirian.
Baca juga: China Dihantui Resesi Seks, Kok Bisa? |
Penurunan minat minum sake ini akhirnya berdampak pula pada penurunan pendapatan negara dari pajak. Diketahui produk alkohol menyumbang 3 persen dari pendapatan pajak pemerintah tahun 2011 tapi turun menjadi 2 persen pada 2020.
Untuk mengatasi masalah tersebut, badan pajak meluncurkan kampanye yang bertajuk Sake Viva! Kampanye ini bertujuan menggaet orang-orang berusia 20-39 tahun untuk membuat produk dan desain baru serta cara mempromosikan sake agar diminati kaum muda.
Kontes itu dibuka hingga 9 September 2022. Badan pajak juga berharap peserta dapat menggunakan metaverse untuk mendorong penjualan. Ide-ide pemenang nantinya akan dikomersilkan setelah upacara penghargaan pada bulan November 2022.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Jepang berharap inisiatif itu dapat juga mengingatkan orang-orang untuk minum alkohol dalam jumlah yang tepat. Ini perlu dilakukan untuk menghindari timbulnya masalah kesehatan.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol