Kekeringan akibat musim panas ekstrem di Spanyol ternyata menguntungkan para arkeolog. Batuan megalitik atau Stonehenge Spanyol muncul dari dam yang kering.
Musim panas tahun ini menjadi salah satu musim panas paling parah yang dialami berbagai negara di Eropa. Termasuk salah satunya yaitu Spanyol.
Dilansir dari CNN, Selasa (23/8/2022) dampak dari perubahan iklim ini menyebabkan Iberian Peninsula atau kawasan pegunungan di yang melewati Spanyol dan Portugal alami kekeringan. Bahkan sebuah studi dari jurnal Nature Geoscience menyebut kekeringan ini merupakan yang paling parah selama 1.200 tahun dan diperkirakan hujan akan terus berkurang di musim dingin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Wisata Nganjuk Rasa Stonehenge Inggris |
Salah satu perairan yang mengalami kekeringan di Spanyol adalah reservoir Valdecanas, di Provinsi Caceres. Otoritas setempat menyebut dam ini mengalami penurunan sebesar 28% dari kapasitas air yang dimilikinya.
Penurunan kapasitas air ini menyebabkan barisan batuan megalitik atau yang kini dikenal sebagai Stonehenge Spanyol muncul. Kini Stonehenge tersebut terekspos sepenuhnya ke permukaan.
![]() |
Barisan batuan yang membentuk lingkaran ini disebutkan merupakan batuan yang berasal dari masa prasejarah. Nama asli dari situs ini adalah Dolmen of Guadalperal. Diperkirakan telah ada sejak 5000 tahun sebelum Masehi.
Stonehenge Spanyol ini pertama kali ditemukan oleh arkeolog Jerman Hugo Obermaier pada tahun 1926. Namun, area ini kemudian dibanjiri untuk pengembangan kawasan pedesaan pada masa diktator Francisco Franco.
Sejak saat itu, Stonehenge Spanyol hanya pernah terekspos secara penuh sebanyak empat kali. Kemunculan tak terduga dari Stonehenge ini tentu menjadi kabar gembira bagi para arkeolog. Banyak arkeolog yang berlomba untuk mempelajari batuan ini sebelum kembali tenggelam.
"Ini merupakan sebuah kejutan, ini adalah kesempatan yang langka untuk bisa mengaksesnya," kata arkeolog dari Universitas Complutense Madrid Enrique Cedillo.
Barisan batuan ini merupakan dolmen, yaitu batuan yang disusun secara vertikal dan biasanya menopang batuan datar. Meski dolmen banyak tersebar di wilayah Eropa Barat, namun tidak banyak yang diketahui mengenai siapa yang menyusun dolmen-dolmen tersebut.
Di sekitar atau bahkan di dalam batuan ini umumnya ditemukan sisa-sisa tulang manusia. Hal ini memunculkan teori bahwa dolmen ini merupakan makam.
Berkaitan dengan kemunculan dolmen Guadalperal di dam Valdecanas, asosiasi sejarah dan pariwisata setempat mengadvokasikan agar dolmen ini dipindahkan ke museum atau daratan kering.
Selain menguntungkan para arkeolog, kemunculan Stonehenge versi Spanyol ini ternyata membawa rezeki bagi pelaku usaha wisata perahu. Salah satunya yaitu Ruben Argentas. Ia diuntungkan karena dam ini kini menjadi destinasi wisata.
"Dolmen itu muncul dan pariwisata dolmen dimulai," ujarnya, seperti dikutip Reuters.
Meski begitu, tetap ada pihak yang dirugikan dari fenomena kekeringan ini. Para petani lokal merugi akibat tidak adanya pasokan air untuk tanaman serta hewan ternak mereka.
"Tidak ada cukup hujan sejak musim semi. Tidak ada air untuk ternak dan kami harus mengangkutnya," kata Jose Manuel Comendador.
Selain Jose, Rufino Guinea juga mengeluhkan hal yang sama. Ia mengungkapkan bahwa karena kekeringan ini tanaman cabainya rusak.
(ysn/ysn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!