Sebagai kerajaan, Keraton Jogja memiliki armada prajuritnya sendiri. Dalam websitenya, disebutkan ada 10 kelompok prajurit di istana.
Saat ini, Keraton memiliki 10 kelompok pasukan yang disebut sebagai bregada. Jumlah total prajurit sekitar 600 orang dengan pemimpin tertinggi Manggalayudha atau Kommandhan/Kumendham.
Sebutan lengkapnya adalah Kommandhan Wadana Hageng Prajurit. Manggalayudha bertugas mengawasi dan bertanggung jawab penuh atas keseluruhan pasukan.
Saat ini, Manggalayudha atau Komandan Tertinggi Prajurit dijabat oleh adik Sri Sultan Hamengku Buwono X, GBPH Yudhaningrat yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Satpol PP DIY.
Berikut ini ini kesepuluh bregada atau kelompok pasukan yang masih tetap eksis dan setiap upacara atau Grebeg, hajatan dalem Keraton terlibat.
1. Bregada Bugis
Bregada Bugis awalnya berasal dari Bugis, Sulawesi. Namun prajurit yang ada kini sudah tidak lagi terdiri dari orang-orang Bugis. Setiap Grebeg bertugas mengawal gunungan ke Kepatihan.
Panji-panji/bendera/klebet Prajurit Bugis adalah Wulan-dadari, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam di tengahnya adalah lingkaran dengan warna kuning emas. Senjata yang digunakan oleh seluruh Bregada Prajurit Bugis adalah tombak (waos) Kanjeng Kiai Trisula dengan bentuk ujung (dapur) atau Trisula dengan iringan Gendhing Sandung Liwung.
2. Bregada Surakarsa
Nama Bregada Surakarsa berasal dari kata sura dan karsa. Kata sura berarti berani, sedangkan karsa berarti kehendak bertugas menjaga Adipati Anom (Putra Mahkota). Setiap Grebeg bertugas mengawal gunungan ke Masjid Gedhe.
Klebet prajurit Surakarsa adalah Pareanom, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hijau, di tengahnya terdapat lingkaran dengan warna kuning. Senjata nya tombak Kanjeng Kiai Nenggala dengan bentuk ujung (dapur) yang dinamakan Banyak Angrem diiringi dengan Gendhing Plangkenan
3. Bregada Wirabraja
Nama Bregada Wirabraja berasal dari kata wira dan braja. Kata wira berarti berani, dan braja berarti tajam. Wirabraja.
Bendera prajurit Wirabraja adalah Gula-klapa berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar putih, pada setiap sudut dihias dengan chentung berwarna merah seperti ujung cabai merah (kuku Bima). Di tengahnya terdapat segi empat berwarna merah dan segi delapan berwarna putih pada bagian dalamnya.
Senjatanya tombak dan senapan Kanjeng Kiai Slamet dan Kanjeng Kiai Santri dengan bentuk ujung (dapur) yang dinamakan Manggaran/ Catursara/ Crengkeng diiringi dengan Gendhing Dhayungan jika berjalan lambat (lampah macak) diiringi Gendhing Reta Dhedhali.
4. Bregada Dhaeng
Nama Bregada Dhaeng berasal dari sebutan gelar bangsawan di Makasar dan kini sudah tidak lagi terdiri dari orang-orang Makasar. Bendera prajurit Dhaeng adalah Bahningsari berbentuk empat persegi panjang berwarna dasar putih, di tengahnya terdapat bintang segi delapan berwarna merah.
Bahni berarti api, dan sari berarti indah. Senjatanya tombak dan senapan, tombak bernama Kanjeng Kiai Jatimulya dengan bentuk ujung (dapur) bernama Dhoyok. Saat berjalan cepat diiringi Gendhing Ondhal-Andhil dan berjalan lambat (lampah macak) diiringi Gendhing Kenaba.
5. Bregada Patangpuluh
Asal usul nama Bregada Patangpuluh masih kabur sampai sekarang, yang jelas nama tersebut tidak ada hubungannya dengan jumlah anggota bregada. Bendera Patangpuluh adalah Cakragora. Berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam, ditengahnya terdapat bintang segi enam berwarna merah.
Senjatanya tombak dan senapan dengan nama tombak Kanjeng Kiai Trisula dengan bentuk ujung (dapur) yang dinamakan Daramanggala/ Trisula Carangsoka. Saat jalan cepat (mars), Bregada Prajurit Patangpuluh diiringi Gendhing Bulu-Bulu berjalan lambat diiringi Gendhing Mars Gendera
6. Bregada Jagakarya
Bregada Jagakarya berasal dari kata jaga dan karya. Kata jaga berarti menjaga dan karya berarti tugas atau pekerjaan. Secara filosofis bermakna prajurit yang mengemban tugas menjaga dan mengamankan jalannya pemerintahan kerajaan.
Benderanya adalah Papasan, berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar merah, di tengahnya terdapat lingkaran dengan warna hijau. Senjatanya tombak dan senapan dengan nama tombak Kanjeng Kiai Trisula dengan bentuk ujung (dapur) yang juga dinamakan Trisula. Saat berjalan cepat diiringi Gendhing Tameng Madura dan berjalan lambat diiringi Gendhing Slahgendir.
(sym/sym)