Melihat Pesta Pora Sambut Panen Tembakau dan Kopi di Temanggung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Melihat Pesta Pora Sambut Panen Tembakau dan Kopi di Temanggung

Elvy Yusanti - detikTravel
Jumat, 26 Agu 2022 17:45 WIB
Festival Wiwit Mbako Panen Kopi
Festival Wiwit Mbako Panen Kopi Temanggung (Foto: Maz Cuplis/Istimewa)
Temanggung -

Temanggung jadi salah satu daerah penghasil tembakau terbaik di dunia. Nah di sana ada festival unik terkait komoditas utamanya itu.

Selama ini kalau berbicara wisata di Jawa Tengah mungkin sebagian masyarakat akan dengan cepat menyebut Semarang, Magelang, dan Solo. Padahal Temanggung pun ternyata punya potensi wisata alam dan seni-budaya yang tak kalah menariknya.

Wilayah yang berada sekitar 60 kilometer dari Semarang ini dikenal sebagai penghasil kopi dan terutama tembakaunya yang nomor wahid di dunia. Nah, setiap kali masyarakat atau petani kopi dan tembakau akan memulai musim tanam maupun panen, mereka biasa menggelar pesta tersendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat bertandang ke Temanggung akhir pekan lalu, kebetulan di sana sedang digelar Festival Wiwit Mbako Panen Kopi yang digelar pada 19-21 Agustus 2022. Festival kali ini menjadi sangat spesial karena baru kembali digelar setelah terhenti selama 2 tahun.

Gelaran festival di alun-alun juga dimungkinkan seiring membaiknya kondisi pandemic Covid-19. Tak heran bila ribuan warga tumplek blek di sana, mulai anak-anak, remaja, hingga kaum tua renta.

ADVERTISEMENT

Selama tiga hari berturut-turut digelar repertoar seni tradisi terkait mengawali panen tembakau dan kopi. Gelaran ini merupakan puncak acara Wiwit Panen Mbako sebelumnya yang telah dilakukan di tiga gunung, yakni Sumbing, Sindoro, Prau.

Festival Wiwit Mbako Panen KopiFestival Wiwit Mbako Panen Kopi Temanggung (Foto: Maz Cuplis/Istimewa)

Festival Wiwit Mbako Panen Kopi bermakna bahwa masyarakat Temanggung telah memulai panen tembakau dan bersamaan dengan petani kopi masuk musim panen kopi.

Sebagai salah satu wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, upacara dilakukan dengan berbagai uba rampe atau simbol-simbol seperti tumpeng, ingkung, jajan pasar, air dari tiga gunung yakni Sumbing, Sindoro, Prau, lemah (tanah) tiga gunung, tembakau 12 helai, kopi cery, kopi glondong, alu lumpang, dan lain-lain.

Pada Jumat (19/8/2022), selepas ashar hingga menjelang magrib, lalu selepas isya hingga tengah malam digelar pentas seni tradisi oleh 7 kelompok kesenian. Ketujuh kesenian dimaksud antara lain jaran kepang, soreng, topeng ireng, koncer dan ndolalak.

Tata panggung diseting artistik dengan rigen-rigen tembakau, dan dilengkapi tata lampu untuk mendukung pertunjukkan para seniman, sehingga diharapkan pertunjukkan tradisional ini memiliki sentuhan modern.

Pada hari kedua, Sabtu (20/8/2022), digelar kembali jaran kepang, topeng ireng pada sore hingga magrib. Lalu malam harinya digelar pentas ketoprak dengan lakon 'Nggayuh Wahyuning Mbako' yang mengisahkan kisah-kasih legenda Roro Mendut dan Pronacitro.

Festival Wiwit Mbako Panen KopiFestival Wiwit Mbako Panen Kopi Temanggung (Foto: Maz Cuplis/Istimewa)

Hari terakhir, Minggu (21/8/2022), digelar prosesi 'Wilujengan Panen Mbako'. Upacara dimulai dari Pendopo Pengayoman dengan memeram daun-daun tembakau hasil petikan dari tiga gunung, Sumbing, Sindoro, Prau. Di bawa serta air dan tanah dari tiga gunung tersebut.

Dari Pendopo, Bupati Muhammad Al Khadziq sebagai 'Pangarso Tani' berjalan ke menuju alun-alun diikuti rombongan membawa tiga tumpeng yang secara harfiah mewakili tiga gunung yang ada di Kabupaten Temanggung. Di belakangnya enam petani membawa cacak (alat rajang manual), diikuti biyung tani (ibu tani) yang didaulat membawa tembakau peraman dari pendopo.

Pada barisan berikutnya para petani kopi akan membawa kopi glondong. Pada rombongan tersebut turut serta Forkompimda berjalan dari pendopo sampai alun-alun, dengan iringan gending lancaran Temanggung Bersenyum.

Sampai di panggung di alun-alun diletakkan pada tempat yang sudah ditentukan, yakni di atas panggung dan digelar tiga kepang, untuk meletakkan cacak (alat rajang) dari tiga gunung, kemudian di bawa serta alu lumpang merupakan simbol dari petani kopi.

Setelah melakukan doa bersama, sekitar 5.000 petani tembakau dan kopi yang hadir, menyantap bersama 1.000 ingkung ayam dan tumpeng. Ingkung ayam (ayam yang dimasak secara utuh, tanpa dipotong-potong) dan tumpeng tersebut dibawa para kelompok tani dari 20 kecamatan di Temanggung.

Artikel ini dikirimkan oleh pembaca Elvy Yusanti dan diubah seperlunya oleh redaksi.




(msl/msl)

Hide Ads