Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Rabu, 07 Sep 2022 08:12 WIB

TRAVEL NEWS

Tiket Bus AKAP Naik, Imbas BBM dan Faktor X yang Tak Disadari Masyarakat

Sejumlah pemudik yang menggunakan bus antarkota  antarprovinsi (AKAP) menunggu keberangkatan di Terminal tipe A Batoh, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (23/4/2022). Terminal bus AKAP yang malayani transportasi dengan tujuan berbagai provinsi di Pulau Sumatera dan Jawa itu mulai dipadati pemudik yang didominasi para mahasiswa dan pekerja bangunan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri 1443 di kampung halaman. ANTARA FOTO / Irwansyah Putra/rwa.
Ilustrasi bus AKAP (Foto: ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA)
Jakarta -

Perusahaan bus ramai-ramai menaikkan harga tiketnya hanya dalam hitungan jam. Ya, kebijakan itu diambil kurang dari lima jam setelah pemberlakuan kenaikan harga BBM oleh pemerintah.

Tidak sedikit perusahaan yang pada pagi hari belum menaikkan tarif, sorenya berlaku tarif yang berbeda. Itu sebagai respons kenaikan harga solar, dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 mulai Minggu 3 September 2022 pukul 14.30.

Fenomena perusahaan yang langsung menaikkan harga tiket bus bukanlah latah atau mengambil kesempatan. Kebijakan menaikkan harga hanya ujung gunung es yang terlihat.

Sejak mereka mulai bergeliat setelah pandemi Covid-19 bisa ditangani, justru saat itu pula banyak kesulitan yang dihadapi. Masyarakat awam bisa saja tidak menyadari bahwa rantai pasok suku cadang bus terputus. Sasis bus untuk memulai peremajaan yang tertunda selama angka pandemi Covid-19 tinggi tidak tersedia di pasaran.

Tak hanya itu, ada lagi harga lain-lain yang juga ikutan naik akibat kelangkaan pasokan. Kenaikan kumulatif itu berkisar 10-15 persen selama 2021-2022.

"Harga ban yang saya beli sudah Rp 5,1 juta. Tanya supplier barang gak ada, kalo pun ada harganya ya segitu. Kalo gak ada ban, bus saya nggak jalan," ujar Angga Virchansa Chairul dari PO. NPM dalam keterangan resmi dan dikutip Rabu (7/9/2022).

Angga mengungkapkan, jika dihitung kebutuhan satu bus berserta ban cadangannya, ada tujuh ban. Artinya dengan harga Rp. 5,1 juta total dana yang diperlukan Rp 35,7 juta.

Salah satu Ketua DPP organda itu menyatakan komponen ban tak bisa diabaikan karena menyangkut keselamatan awak bus, penumpang, dan warga yang dilintasi bus.

"Bus saya satu kali keluar garasi Padang Panjang ke Jabodetabek atau Bandung hingga kembali lagi butuh waktu 48 jam dikalikan dua. Terbayang dong penggunaan bannya? Sekarang dengan kenaikan ini lengkaplah. Ban dan BBM sangat vital dalam operasional bus," katanya.

Pernyataan Angga diamini Ketua DPC Organda Jepara, M. Iqbal Tosin. Menurut dia, sekarang pengusaha bus dalam posisi mempertahankan usahanya di fase kedua setelah pandemi Covid-19 melandai.

"Kami mau tak mau menaikkan harga Rp 30 ribu untuk keberangkatan Sabtu (3 September) sore dan malam, sementara keberangkatan hari Minggu tanggal 4 September ini kami berharap pelanggan bisa memaklumi kenaikan Rp 50 ribu," katanya.

Iqbal berharap pemerintah mengurai masalah yang mereka hadapi dalam operasional sehari-hari. Kenaikan harga BBM, kata dia, mungkin tak bisa dihindari, tetapi kelangkaan dan naiknya harga suku cadang perlu diperhatikan pemerintah.

Dia menegaskan, sebelum ada kebijakan kenaikan BBM pun, koleganya sesama pengusaha bus sudah mengeluhkan kelangkaan solar di sejumlah daerah.

"Yang saya khawatir, ini setelah BBM naik, ada kenaikan-kenaikan lainnya yang menyusul. Biasanya kan begitu. Ini sparepart dah naik kemarin, apa naik lagi atau gak, kita gak tau," kata Iqbal.



Simak Video "Resmi Turun, Ini Daftar Harga BBM Non-Subsidi Pertamina"
[Gambas:Video 20detik]
(msl/fem)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA