Warga sekitar Gunung Masigit Kareumbi sempat dikejutkan oleh serangan macan kumbang. Pihak BBKSDA duga beberapa faktor ini jadi penyebabnya.
Masyarakat sekitar kawasan Konservasi Gunung Masigit Kareumbi (TBMK) di Blok Cihanyawar, Desa Tegalmanggung, Kabupaten Sumedang sempat geger karena adanya kabar warga yang diserang macan kumbang.
Kejadian ini terjadi pada Rabu (7/9) lalu dan menimpa tiga warga desa, Uden, Adi, dan Didin yang tengah bekerja di kebun. Untungnya kejadian tersebut tidak memakan korban jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berkaitan dengan turunnya macan kumbang ke wilayah pemukiman, Kepala Sub Bagian Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat Halu Oleo mengatakan, tidak ada perubahan kondisi alam di kawasan konservasi TBMK yang menyebabkan macan kumbang harus mencari makan di kawasan penduduk.
"Kawasan konservasi itu luasnya dari dulu 12 hektar dan masih terjaga sampai saat ini," ucap Halu, seperti dikutip detikJabar, Rabu (14/9/2022).
Ia menduga macan kumbang tersebut berburu hingga ke kawasan penduduk karena usia macan masih tergolong muda. Sehingga pengalaman berburu dan kesadarannya akan lingkungan dan manusia masih minim.
"Sebetulnya ini macan kan masih muda, belum dewasa, dia belajar mandiri, itu sebetulnya bukan karena ada fenomena apa, ini hal yang wajar ketika anak macan belajar untuk berburu," katanya.
Kemunculan macan di kawasan pemukiman ini bukanlah yang pertama terjadi di tahun ini. Sebelumnya, seekor macan juga dilaporkan muncul dan menggemparkan warga di Kampung Cikaso, Desa Tanjungwangi, Kabupaten Bandung. Selain itu, temuan macan juga pernah dilaporkan dari Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung.
Halu pun membenarkan kejadian-kejadian tersebut. Ia mengungkapkan, alasan di balik turunnya macan ke wilayah penduduk ini masih perlu penelitian lebih dalam. Sebab kemungkinan salah satu alasannya adalah akibat adanya perubahan kondisi di luar hutan.
"Banyak faktor dan belum dapat disimpulkan penyebabnya apa, karena faktor perubahan di luar kawasan (konservasi) juga ada, ibaratnya tadinya tidak ada peternakan jadi ada peternakan, banyak faktor, yang jelas namanya macan dia bebas, tahu-tahu bertemu batas kawasan," katanya.
Ia juga menambahkan bahwa seiring perkembangan zaman, kawasan pemukiman bertumbuh semakin mendekati kawasan konservasi. Hal ini pun menjadi tantangan tersendiri bagi BBKSDA Jabar.
Untuk mengatasi hal ini, BBKSDA Jabar akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat yang hidup berdampingan dengan kawasan konservasi TBMK. Agar dapat hidup dengan tentram tanpa mengganggu ekosistem yang ada.
"Kita sama-sama mengajak untuk menjaga dan melestarikan kawasan dan jika ada aktivitas masyarakat yang menimbulkan perekonomian, ya mereka diajak untuk sama-sama menjaga keseimbangan ekosistem yang ada, termasuk petugas kami lapangan melakukan patroli dan sama-sama melakukan pengawasan secara bersama," katanya
Artikel ini telah tayang di detikJabar.
(ysn/ysn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol