Semakin lama, semakin banyak figur publik yang memamerkan satwa liar peliharaan mereka. WWF menilai langkah ini tidak tepat dilakukan.
Kerap berdalih mencintai hewan, Yayasan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia menilai sikap orang-orang yang memelihara satwa liar ini keliru. Head of Marine and Fiseries Program Yayasan WWF Indonesia Imam Musthofa menjelaskan satwa-satwa liar sudah selayaknya tinggal di habitat asli mereka, bukan dikurung di kandang atau disimpan di rumah.
"Kalau fundamental yang disarankan WWF, namanya hewan liar, ya biarlah dia liar," kata Imam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, bila orang benar-benar mencintai satwa tersebut, ia akan lebih bahagia bila melihat satwa tersebut langsung di alam liar. Pengalaman yang didapatkan juga akan berbeda dengan ketika satwa itu ditempatkan di dalam kurungan atau kebun binatang.
Selain itu, Imam juga mengingatkan pentingnya satwa liar tetap berada di habitatnya untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Bila ada satwa yang hilang, ekosistem dapat terguncang.
"Hewan sangat penting untuk tetap di alam agar keseimbangan alam itu terjadi. Ketika tidak seimbang, itu juga akan berpengaruh ke kita manusia, sumber pangan kita bisa terganggu," ujarnya.
Imam yang berfokus ke ekosistem kelautan, memberikan contoh betapa buruknya perburuan hiu. Hiu memiliki peran penting sebagai predator di laut.
"Jika hiu berkurang itu akan berpengaruh sampai ke ikan-ikan yang lebih kecil di bawahnya," kata dia.
Soal argumen para pemelihara satwa liar yang ingin melindungi satwa dari kelaparan karena habitat rusak, Imam menyebut itu sebagai pemikiran yang pendek. Seharusnya mereka mampu memikirkan dampak yang lebih luas.
"Orang kalau pikirannya pendek pasti bilang begitu. Tapi kalau panjang, dia akan punya harapan dan lebih optimis. Semakin banyak orang berpikir wild life better than showcase, risiko akan berkurang," Imam menjelaskan.
"Sedangkan kalau semua digiring di alam liar berisiko, ya semua akan mengkandangkan hewan semua. Sekarang sebagai orang yang berpikiran optimis dan beruka melakukan improvement, seharusnya bergeser paradigmanya," kata dia.
(pin/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol