Gelaran Wayang Ini Unik, Sindennya Pria Tulen

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gelaran Wayang Ini Unik, Sindennya Pria Tulen

Vandhi Romadhon - detikTravel
Kamis, 03 Nov 2022 15:57 WIB
Ruwatan masyarakat penganut Kejawen di Kalitanjung Banyumas, Rabu (2/11/2022).
Ruwatan masyarakat penganut Kejawen di Kalitanjung Banyumas, Rabu (2/11/2022). (Foto: Vandi Romadhon/detikJateng)
Banyumas -

Masyarakat di grumbul Kalitanjung Desa Tambak Negara, Kecamatan Rawalo Banyumas biasa menggelar wayang dalam ruwatan untuk anak laki-laki. Uniknya, sindennya pria.

Warga di Kalitanjung itu memang masih memegang erat kepercayaan Jawa atau kejawen. Pada Rabu (2/11/2022), mereka menggelar tradisi ruwatan yang berlangsung amat meriah.

Sesepuh kejawen pria dan wanita berpakaian serba hitam saat menghadiri acara ruwatan ogal-agil. Dalam acara itu disajikan juga pertunjukan wayang kulit dengan sinden pria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ruwatan ogal-agil ini untuk nyelameti anak laki-laki tunggal. Kebetulan ini cucu dari kiai kesepuhan kejawen Eyang Muharto," kata pemerhati budaya Banyumas David Okta Nugraha kepada detikJateng di lokasi.

Dalam kepercayaan kejawen ada beberapa kriteria anak yang perlu diruwat oleh orang tuanya. Hal itu, kata dia, bertujuan agar sang anak mendapatkan keselamatan dan terhindar dari bahaya.

ADVERTISEMENT

"Kalau kepercayaan kejawen di Kalitanjung ini dikenal beberapa ruwatan yang tujuannya agar anak dalam perjalanan hidupnya tidak mengalami malapetaka," ujarnya

Dia menyebut selain ruwatan ogal-agil, dikenal sebagai ruwatan ontang anting untuk anak tunggal perempuan. Selain itu ada juga ruwatan uger lawang untuk dua anak laki-laki.

"Ada juga ruwatan kembang sepasang untuk dua anak perempuan, ruwatan pancuran keapit sendang untuk anak laki laki yang diapit kakak adiknya perempuan dan ruwatan sendang keapit pancuran untuk anak perempuan diapit kakak dan adiknya laki-laki," dia menjelaskan.

Perempuan Dilarang Terlibat

Keunikan ruwatan kejawen Kalitanjung ini ada pada pertunjukan wayangnya. Perempuan tidak boleh terlibat dalam pementasan wayang atau menjadi sinden.

"Ruwatan biasanya dilakukan dengan cara menyajikan pagelaran wayang di siang hari dan dalang pementasan maupun sindennya harus laki-laki," dia menambahkan.

Okta menyebut tradisi ruwatan ini digelar sebagai upaya mempertahankan tradisi. Hal itu karena masyarakat Kalitanjung masih meyakini nilai-nilai peninggalan para sesepuh.

"Konon kabarnya sejarah ruwatan ini dimulai sejak Kanjeng Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Karena itu mereka konsisten mempertahankan keberadaannya," kata dia.

Sementara itu, Ki Cithut Purba Carita sang dalang ruwat mengatakan ruwatan adalah bentuk upacara budaya. Selain itu ruwat juga diyakini sebagai ritual penyucian.

"Ruwatan merupakan tradisi yang hingga saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat jawa pada umumnya dan secara khusus oleh para penganut ajaran kejawen di Grumbul Kalitanjung," kata Cithut usai pementasan wayang.

Dia menyebut pagelaran wayang mengambil cerita Purwakala yang sesuai dengan tujuan ruwatan. Menurutnya Purwakala berarti permulaan dari bencana.

"Lakon Purwakala yang dibawakan siang ini adalah mengisahkan awal kelahiran dewa raksasa yang bernama bathara Kala," ujarnya.

Selain pertunjukan wayang dalam ruwatan itu juga disajikan berbagai macam sajian makanan tradisional. Makanan dinikmati bersama oleh semua orang yang menghadiri ritual.

"Budaya Jawa sangatlah mempunyai nilai yang sangat luhur sehingga tugas kaum muda untuk mempertahankan," ujar Cithut.

***

Artikel ini juga tayang di detikJateng, klik di sini.




(fem/fem)

Hide Ads