Para pemimpin dunia santap siang di lokasi yang spesial saat gelaran KTT G20. Bangunan Bamboo Dome di Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali.
Bamboo Dome itu membetot perhatian warganet. Mereka menilai tempat santap siang itu amat keren.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terletak di tepi pantai, Bamboo Dome dapat dilihat dari anjungan lobi hotel tempat yang sama berlangsungnya KTT G20. Dalam ruang makan seluas sekitar 800 meter persegi tersebut, disediakan 43 kursi dengan tata letak satu meja besar melingkar sehingga para pemimpin dan delegasi dapat menikmati suguhan makanan khas Indonesia bersama-sama.
"Waktu itu, permintaannya cukup sederhana, Presiden Joko Widodo ingin makan siang dengan pemandangan laut," kata Visual Creative Consultant KTT G20, Elwin Mok, seperti dikutip dari Kominfo, Kamis (17/11/2022).
![]() |
Ide untuk mendirikan tenda kemudian batal karena kekhawatiran kencangnya angin pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Tim kreatif kemudian berdiskusi intens dengan koordinator Tim Asistensi dan Kemitraan G20, Wishnutama termasuk juga Sekretariat Negara.
Ide berikutnya adalah mendirikan bangunan yang berbahan bata dan batu. Namun, ide ini diurungkan dengan pertimbangan bahwa bangunan hanya bersifat sementara dan akan dibongkar seusai penyelenggaraan G20.
"Kami harus mencari sesuatu yang unik yang hanya dikhususkan untuk G20," kata Elwin.
Inspirasi bisa muncul dalam berbagai kesempatan saat dalam perjalanan singkat ke Pantai Melasti di selatan Bali. Elwin dan tim melihat sejumlah pekerja konstruksi menggunakan bambu dalam sebuah proyek bangunan setelah diskusi dengan tim diputuskan bambu menjadi bahan utama untuk lokasi makan siang.
Filosofi Bambu
Bambu menyimpan filosofi yang sangat dalam, mudah untuk dibentuk melengkung karena sifatnya yang lentur, elastis, dan gampang beradaptasi. Selain itu, bangunan bambu juga terkenal paling kuat terhadap guncangan gempa.
Tim segera membuat desain disesuaikan dengan kehidupan masyarakat Bali.
"Sejak dari kecil sudah membuat mainan bambu," ujar Rubi Roesli, desainer Bamboo Dome.
Selain itu untuk mematangkan ide, Rubi dan Elwin kemudian menemui pengajar dan pakar perhitungan bambu Universitas Gajah Mada (UGM) Ashar Saputra. Mereka berdiskusi hingga mendapatkan bentuk yang tepat yaitu kubah setengah lingkaran atau dome.
"Jadi sesuai dengan lambang G20 berupa gunungan," kata Rubi.
Selain itu, bambu ramah lingkungan sehingga setelah KTT G20 bambunya masih bisa dipakai ulang untuk keperluan lain.
Bukan hanya dari sisi arsitektur Bamboo Dome dapat sekaligus promosi Indonesia ke dunia internasional akan kualitas budaya Indonesia.
"Kami ingin menunjukkan bahwa di tengah dunia yang sintetis, ada Indonesia yang masih otentik," kata Elwin.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan