Pemerintah Qatar dan FIFA mengumumkan melarang penjualan alkohol di kawasan stadion pada Piala Dunia 2022. Warga lokal mendukung langkah itu.
Abdulla Murad Ali membuka tangan lebar-lebar bagi suporter dari seluruh dunia di Piala Dunia 2022. Warga lokal yang juga seorang bankir itu ingin penggemar sepak bola dari seluruh dunia menganggap Qatar sebagai rumah kedua selama Piala Dunia 2022.
Tetapi, dia memiliki permintaan. Fans sepakbola harus menghormati budaya Qatar. Termasuk soal larangan minuman beralkohol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Qatar adalah negara Islam, dan alkohol haram dalam agama kami. Yang kami minta hanyalah agar dunia menunjukkan 'ehtaram' (rasa hormat) terhadap budaya kami," katanya kepada Al Jazeera.
Ali mengacu pada kehebohan di antara beberapa penggemar tentang keputusan FIFA Jumat lalu untuk melarang alkohol di stadion. Minuman keras masih akan tersedia di hotel, bar, dan fan zone resmi FIFA.
Keputusan itu dikritik oleh beberapa penggemar. Menjelang pertandingan pertama Inggris di turnamen melawan Iran pada hari Senin, beberapa penggemar yang tidak puas terlihat mengeluhkan larangan minum bir di stadion.
Sejumlah suporter masih mencoba untuk mencari tahu tempat membeli bir dan minuman beralkohol lainnya.
"Jika FIFA melarang alkohol ketika Qatar diumumkan sebagai tuan rumah, itu akan berbeda," kata Federico Farraz, seorang penggemar sepak bola dari Portugal, sambil minum secangkir teh di Souq Waqif Doha.
"Bahkan, jika keputusan datang beberapa bulan sebelum Piala Dunia, orang-orang yang telah merencanakan perjalanan ini selama bertahun-tahun akan mengerti," dia menambahkan.
Tetapi bagi yang lain, keputusan, yang menurut FIFA mengikuti diskusi dengan negara tuan rumah, itu melegakan.
Sonia Nemmas adalah seorang ibu Yordania dari tiga anak perempuan yang dibesarkan dalam rumah tangga yang gila sepak bola. Keluarga tersebut memiliki tiket untuk pertandingan di jam malam. Kini dia tidak perlu khawatir ada penggemar mabuk yang berpotensi bikin onar di stadion.
"Ketika kami pergi ke negara lain, kami tidak bertanya alasan kami diminta untuk mengikuti aturan mereka atau menghormati budaya warga lokal. Kami cukup melakukannya," kata Sonia.
Ahmed Muhammad, seorang guru sekolah di Doha mengatakan meskipun sejumlah penggemar Inggris yang tidak senang dengan aturan itu, dia yakin sebagian besar akan menghormati keputusan tersebut dan tetap bersenang-senang di Qatar.
Itu seharusnya tidak sulit sama sekali, kata Ali, bankir Qatar, yang menghadiri upacara pembukaan dan pertandingan Qatar-Ekuador hari Minggu. Lagi pula, katanya, orang-orang yang tinggal dan mengikuti sepak bola di negara-negara Muslim melakukannya tanpa alkohol sepanjang waktu.
"Menjadi negara Muslim, inilah yang kami ingin orang-orang pahami. Bahwa Anda dapat menikmati pertandingan tanpa bir di tangan," katanya.
"Sepak bola adalah untuk semua orang, bukan hanya untuk orang yang ingin minum bir," dia menambahkan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol