Selain Korea Selatan dan Jepang, resesi seks kabarnya juga melanda Thailand. Warga Thailand lebih memilih untuk childfree alias tak mau punya anak.
Sementara itu, jumlah populasi warga lanjut usia (lansia) di Thailand makin banyak saja. Hal ini tentu saja membuat pemerintah setempat khawatir bukan main.
Baca juga: China Dihantui Resesi Seks, Kok Bisa? |
Pemerintah Thailand pun mendorong agar lebih banyak pasangan, terutama yang masih muda-muda untuk memiliki bayi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah bahkan ikut melibatkan influencer dan tokoh publik untuk membantu kampanye mendorong warga agar mau memiliki lebih banyak anak. Promosi di media sosial ditujukan bagi pasangan muda agar tidak memilih childfree atau tidak mempunyai anak.
"Tetapi rencana itu tidak berjalan," kata Direktur Biro Kesehatan Reproduksi Thailand, Bunyarit Sukrat.
"Tidak semua orang dapat memahami maksud dan tujuan program tersebut," lanjut dia.
Dalam Konferensi Keluarga Berencana di Pattaya pada awal November lalu, tren demografis Thailand menyusut drastis jika dibandingkan era 1960 dan 1970-an. Saat itu, rata-rata keluarga memiliki sampai tujuh anak sehingga tingkat kelahiran 6.1.
Pada tahun 2020, angka kelahiran di Thailand menyusut menjadi 1.24, lebih rendah dari tingkat peremajaan populasi yang sebesar 1.6, dikutip The Straits Times.
Tahun lalu, Thailand hanya mencatat 544 ribu kelahiran bayi. Angka itu merupakan angka terendah selama enam dekade terakhir.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan