Warga Hilang di Sungai Keramat, Ritual Potong Babi Pun Digelar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Warga Hilang di Sungai Keramat, Ritual Potong Babi Pun Digelar

Rachmat Ariadi - detikTravel
Jumat, 02 Des 2022 23:01 WIB
Ritual potong babi di Toraja Utara bantu cari babinsa yang hilang di Sungai Maiting.
Foto: Ritual potong babi di sungai Maiting (dok. Istimewa)
Toraja Utara -

Warga Desa Poton di Toraja Utara menggelar ritual potong babi untuk membantu mencari Babinsa bernama Serda Amiruddin yang hilang tenggelam di sungai Maiting.

Warga melakukan ritual potong babi tersebut agar penunggu Sungai Maiting memunculkan jasad korban yang sudah hanyut selama 6 hari.

"Itu persembahan saja kepada penunggu sungai ini. Agar penunggu sungai memunculkan korban yang sudah 6 hari hanyut," kata tokoh adat Rindingallo, Marten Tande.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada ritual persembahan itu, terlihat pihak keluarga korban Serda Amiruddin dibantu personel TNI menyembelih seekor babi di pinggir sungai. Setelah itu, babi dihanyutkan ke sungai.

Marten mengungkapkan, dalam ritual persembahan tidak diwajibkan memberikan seekor babi. Biasanya warga desa hanya menyembelih ayam hidup kemudian dikonsumsi saat kegiatan temu adat atau Kombongan.

ADVERTISEMENT

"Tidak harus babi juga sebenarnya. Biasanya itu cuma ayam yang dipotong itu pun dikonsumsi masyarakat saat Kombongan. Tapi karena ada pawang yang menyuruh untuk menyembelih babi jadi pihak keluarga kemarin itu melakukan," ungkapnya.

Sungai Maiting Dikeramatkan

Menurut Marten, Sungai Maiting memang sudah dikeramatkan masyarakat setempat sejak zaman nenek moyang dahulu. Pasalnya sungai tersebut sudah menelan banyak korban jiwa.

"Dikeramatkan. Cerita dari nenek kami saat masih memegang kepercayaan Aluk Todolo sungai ini punya banyak penunggu. Sampai sekarang masyarakat masih mempercayai itu," kata Marten.

"Dulu pernah ada warga juga yang memandikan kerbaunya kemudian tiba-tiba hilang. Sementara kerbaunya itu masih ada di tempat," sambungnya.

Akibatnya lanjut Marten, jarang ada warga setempat yang berani turun melakukan aktivitas di Sungai Maiting. Ditambah lagi, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan saat berada di lokasi tersebut, di antaranya dilarang mengucapkan kata-kata kasar.

"Jarang sekali orang yang turun ke sungai ini. Bahkan warga setempat jarang yang turun, karena mereka tau kalau sungai ini berbahaya. Saat berada di jembatan Maiting maupun sungai, itu tidak boleh berkata kasar, dan melamun. Karena kalau kosong pikiran itu biasanya diganggu," ucap Marten.


-----

Artikel ini telah naik di detikSulsel dan bisa dibaca selengkapnya di sini.




(wsw/wsw)

Hide Ads