Jatuhnya pesawat Yeti Airlines di Nepal rupanya menjadi kecelakaan paling mematikan di sana. Sebanyak 72 penumpang menjadi korban dalam tragedi itu.
Pesawat Yeti Airlines jatuh pada Minggu (15/1/2023). Pesawat itu dilaporkan langsung hancur berkeping-keping saat menyentuh daratan.
Karena kondisi pesawat yang parah, pejabat lokal Tek Bahadur mengatakan kemungkinan menemukan korban selamat adalah nihil. Sejauh ini, tim evakuasi telah menemukan 68 jenazah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami telah mengumpulkan 68 jenazah sejauh ini. Kami sedang mencari empat jenazah lagi," kata Bahadur dikutip dari BBC.
Ini merupakan kecelakaan pesawat paling mematikan di Nepal dalam 30 tahun terakhir. Menurut data ari Aviation Safety, telah terjadi 27 kecelakaan pesawat mematikan di Nepal selama tiga dekade terakhir yang menewaskan total lebih dari 600 orang.
Beberapa di antaranya pada 2018 ada kecelakaan pesawat Bangla Airlines yang menewaskan 51 orang. Lalu pada 2022 terjadi kecelakaan Tara Air yang menewaskan 22 orang.
Kecelakaan pesawat memang sering terjadi di sana karena berbagai faktor seperti geografis yang bergunung-gunung, cuaca buruk, hingga kurangnya perawatan pesawat yang kebanyakan sudah tua.
Kembali ke pencarian korban, sebanyak 300 penyelamat melakukan pencarian hari ini. Mereka menyisir reruntuhan pesawat yang telah hangus.
Sementara itu, tim sudah menemukan voice recorder pesawat. Ini berguna untuk mengungkap pembicaraan terakhir pilot sebelum kecelakaan.
Sementara itu, Perdana Menteri Nepal telah menyatakan Senin sebagai hari berkabung nasional. Pemerintah Nepal juga membentuk panel untuk menyelidiki penyebab kecelakaan.
Penerbangan Yeti Airlines dari Kathmandu ke kota wisata Pokhara meninggalkan ibu kota Nepal pada pukul 10.30 waktu setempat. Sejatinya penerbangan itu berdurasi singkat.
Pesawat berjenis ATR 72 itu mengangkut 68 penumpang dan 4 awak. Dari 68 penumpang, ada 15 warga negara asing.
Sementara itu 53 penumpang Yeti Airlines merupakan warga negara Nepal. Ada 5 orang India, 4 orang Rusia, 2 orang Korea Selatan, dan masing-masing satu orang dari Irlandia, Australia, Argentina, dan Prancis.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan