Kharisma Event Nusantara (KEN) kembali hadir di tahun ini. Dari 291 event dan budaya yang diajukan, Tari Babukung berturut-turut masuk ke dalamnya.
Karena, Tari Babukung tak hanya menawarkan keindahan dalam tarian dan kultur di baliknya, tetapi terdapat pula berbagai inisiasi yang telah dilakukan oleh berbagai pihak di Kabupaten Lamandau.
"Dampak ekonominya seperti yang kita selenggarakan 2022, pergerakan ekonomi selama festival itu kita hitung ada sekitar 4 milyar lebih pergerakan ekonomi masyarakat selama penyelenggaraan itu," ujar Asisten 2 Sekda Kabupaten Lamandau, Meigo beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirinya menyebutkan bahwa berkat hal tersebut turut membuat kegiatan ekonomi masyarakat jadi menggeliat dan kembali hidup, terlebih pasca pandemi.
"Mereka kan terlibat dalam pembuatan topeng itu kan dari masyarakat sendiri, diberdayakan. Di situ juga memang ada stimulus dari pemda untuk mereka, lalu UMKM juga hadir di saat pelaksanaan itu," jelasnya.
Tak hanya dari dampak ekonomi yang telah dilakukan, sebelum hal itu mendapatkan hasil yang memuaskan, mereka pun membuat berbagai inisiasi atas tradisi tersebut.
"Kita 2017 itu menampilkan Tari Babukung terbanyak, 1000 lebih, masuk muri. Sedangkan pada 2021 di masa pandemi, orang kan enggak berani menggelar, karena kita tidak boleh mengumpulkan orang banyak. Nah kita berpikir saat 2020 kita sudah menyiapkan tapi gak bisa karena pandemi, maka 2021 jangan sampai orang lupa dengan Festival Babukung ini, maka kita kemas dalam bentuk virtual," Meigo menjelaskan.
Mengenal Tari Babukung
Tarian Babukung adalah budaya khas Kalimantan Tengah, tepatnya berasal dari Kabupaten Lamandau dan merupakan adat dari masyarakat Dayak Tomun. Tarian ini merupakan ritual yang kerap kali ditampilkan saat terdapat anggota masyarakat yang meninggal.
Biasa dilaksanakan dengan angka ganjil yaitu minimal 3 malam, 5 malam, 7 malam, atau seterusnya sesuai dengan kemampuan. Dalam tradisi ini terkandung nilai sosial, kebersamaan dan gotong royong di dalamnya.
Karena pada saat masyarakat datang menari dengan mengenakan topeng, tidak dikenal oleh orang yang berduka. Mereka datang dengan membawa bantuan, bisa berupa beras, bisa berupa ayam, dan lain-lain yang sifatnya meringankan beban orang berduka.
Belakangan ini pemerintah melihat bahwa semakin menurun jumlah masyarakat yang melestarikan kebudayaan ini karena masyarakat mulai ada yang menganut kepercayaan lain. Maka dari itu pemerintah daerah pun aktif melakukan inisiatif untuk melestarikan adat ini.
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol