Fakta! Anakan Jantan 'Mokondo', Induk Paus Orca Harus Berkorban Seumur Hidup

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Fakta! Anakan Jantan 'Mokondo', Induk Paus Orca Harus Berkorban Seumur Hidup

Femi Diah - detikTravel
Senin, 20 Feb 2023 13:42 WIB
A pod of orcas, including a juvenile, swim beneath us in the warm waters of the Solomon Islands.
Foto: Getty Images/Michael Zeigler
Jakarta -

Sebuah studi terhadap orca atau paus pembunuh di Laut Pasifik Utara menunjukkan induk paus akan membuat "pengorbanan seumur hidup" untuk anak jantannya. Kenapa ya?

"Para ibu paus mengorbankan makanan mereka sendiri atau energi mereka sendiri," kata Prof Darren Croft dari Universitas Exeter seperti dikutip dari BBC.

Ya, rupanya, orca memiliki ikatan kekeluargaan yang sangat dekat sepanjang hidup mereka. Namun, orca anak-anak perempuan menjadi mandiri di masa dewasanya, sedangkan anak-anak jantan terus bergantung pada ibunya. Bahkan, anakan jantan menuntut berbagi makanan yang ditangkap oleh induk betina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prof Croft menjelaskan hasil dari penelitian di Laut Pasifik Utara tersebut merupakan pengetahuan baru dalam kehidupan sosial dan keluarga yang kompleks dari binatang menakjubkan ini.

Studi itu dilakukan selama berpuluh tahun dan dipublikasikan dalam jurnal Current Biology, dan merupakan bagian dari misi yang terus berlanjut untuk memahami kehidupan keluarga paus pembunuh. Penelitian ini didukung oleh Center for Whale Research (CWR), yang telah mengikuti kehidupan sebuah populasi paus pembunuh, yang dikenal dengan nama Southern Residents, selama lebih dari 40 tahun.

ADVERTISEMENT

Dalam penelitian perilaku orca itu, ilmuwan meneliti hidup 40 orca betina sejak 1982 hingga 2021. Mereka menemukan bahwa untuk satu anak-anak jantan yang hidup, kesempatan seekor induk untuk membesarkan anak lain per tahun turun hingga setengahnya.

"Penelitian terdahulu kami menunjukkan bahwa anak-anak jantan memiliki kesempatan bertahan hidup lebih tinggi bila dekat dengan ibunya," kata Dr Michael Weiss dari Universitas Exeter dan Center for Whale Research.

"Kami ingin mengetahui apakah ada pengorbanan di baliknya, dan jawabnya adalah, ya. Induk paus pembunuh membuat pengorbanan besar untuk kemampuan reproduksinya di masa depan untuk menjaga anak-anak laki-laki mereka tetap hidup," dia menambahkan.

Penelitian orca si paus pembunuh, yang kini terancam punah dan hidup di perairan teluk antara Vancouver dan Seattle, dan dimulai oleh Dr Ken Balcomb, itu menunjukkan bahwa ibu dan anak laki-laki paus pembunuh akan terus bersama-sama hingga anaknya dewasa.

"Mereka bahkan akan memberikan salmon tangkapan mereka untuk makan anak jantannya," Prof Croft menjelaskan, sementara para anak betina akan berburu secara mandiri.

Ini, menurut para ilmuwan, dapat menjadi semacam kondisi "bet-hedging", yakni keadaan suatu organisme memperburuk kondisinya untuk tujuan yang lebih baik, dan yang didorong oleh fakta bahwa anak-anak jantan yang terbesar dan tertua kemudian akan menjadi ayah bagi banyak bayi orca.

"Jika seorang ibu orca bisa menjadikan anak laki-laki mereka pejantan besar di populasi mereka maka anak itu kemudian akan menjadi ayah (banyak bayi di generasi selanjutnya)," kata Prof Croft.

Tampak seperti paradoks, bagaimana hewan yang sangat kuat dan pintar seperti orca terus bergantung pada ibu mereka selama hidup, namun sepertinya, para anak laki-laki ini tidak harus menjadi mandiri karena ibu mereka terus berada di sampingnya.

"Kalau ibu saya memasakkan makan malam untuk saya setiap malam, mungkin saya juga tidak akan belajar memasak makan malam saya sendiri," Prof Croft berkelakar.

"Namun secara tidak langsung, sepertinya ini memang kemauan induk orca," dia menambahkan.

Saat ini, hanya ada 73 paus pembunuh yang tersisa, sehingga para ilmuwan berkata mereka harus memahami apa saja yang dapat membantu pembuatan keputusan terkait cara melindungi mamalia laut ini.

"Para paus pembunuh Southern Resident ini berada di ujung tanduk dan berisiko menghadapi kepunahan," ujar Prof Croft.

"Jadi apapun yang bisa mengurangi kemampuan reproduksi betinanya menjadi perhatian bagi populasi ini," dia




(fem/fem)

Hide Ads