Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati memberi jawaban soal praktek jual-beli kepala turis China di tengah derasnya kedatangan mereka ke Bali.
Cok Ace, sapaan akrab Pak Wagub, mengingatkan organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menindak tegas praktik tersebut.
Praktik 'jual-beli kepala' wisatawan yang dimaksud, yakni menawarkan paket pariwisata dengan harga miring, asalkan mampu mendatangkan wisatawan dalam jumlah tertentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cok Ace mengakui secara kuantitas, turis China tidak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi, menjadi salah satu penyumbang wisatawan tertinggi di Bali. Tetapi kemudian tidak serta mengorbankan kualitas, sehingga pelaku wisata tidak menikmati kunjungan mereka.
"Saya mendengar, ada banyak keluhan. Tidak hanya oleh masyarakat kita, tetapi juga oleh wisman China itu sendiri. Bahkan, sampai ke konjen China di Bali," ujarnya saat rapat persiapan tata kelola destinasi pariwisata Bali bersama OPD dan stakeholders terkait di Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Senin (20/2/2023) lalu.
Oknum agen/biro perjalanan diminta untuk tidak banting harga hanya demi menarik jumlah wisatawan dan OPD harus memperhatikan itu. "Karena hal itu akan merugikan. Para wisatawan juga tidak bisa menikmati Bali dengan baik. Harus diantisipasi agar masalah (jual-beli kepala) tidak terulang," lanjutnya.
Baca juga: Turis China Mulai Serbu Bali |
Memang, ia mengakui pemerintah punya target kunjungan wisatawan ke Bali. Karenanya, OPD dan stakeholders pariwisata harus bisa mempersiapkan diri dan segala sesuatunya, termasuk dari sisi regulasi dan faktor penunjang.
"Sehingga, target kunjungan wisatawan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah bisa tercapai," imbuh Cok Ace.
Seperti diketahui, Pemprov Bali menargetkan 4,5 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali. Sementara, wisatawan domestik dibidik 9 juta orang.
Salah satu upaya, yaitu mendorong penerbangan langsung (direct flight) Bali ke beberapa negara, terutama China. Upaya lainnya, mengusulkan penambahan negara yang mendapatkan pelayanan Visa on Arrival (VoA).
Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun menyebut mengusulkan penambahan 83 negara yang masuk list VoA. Sehingga, total akan ada 169 negara yang bisa menikmati VoA.
Angka itu persis seperti pra-pandemi COVID-19. "Awal Februari lalu, pak Gubernur (I Wayan Koster) menyurati Kementerian Hukum dan HAM. Sekarang tinggal tunggu informasi selanjutnya," kata Pemayun.
-----
Artikel ini telah naik di detikBali dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol