Sejumlah turis asing di Bali merasa terganggu dengan suara kokok ayam milik tetangganya. Mereka sampai bikin petisi. PHRI Bali sarankan mereka pindah ke hotel.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya menyoroti petisi dari bule yang memprotes berisiknya kokok ayam yang diajukan pada Kamis (2/3/2023) lalu.
Menurutnya hampir di setiap desa atau pemukiman terdapat warga lokal yang memelihara hewan, seperti ayam, burung, babi, sapi dan lainnnya. Tidak mungkin para warga lokal yang disuruh pindah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oleh karena itulah kita perlu lakukan sosialisasi, dan menjelaskan kepada tamu karena tidak mungkin memindahkan warga lokal. Kalau tamu ingin nyaman kami sarankan mereka pindah ke hotel yang lebih menyenangkan dan nyaman. Jadi, ke hotel, bukan tinggal di homestay atau guesthouse," ungkapnya, Selasa (7/3/2023).
Rai menyebutkan ini kali pertamanya ia menemukan petisi yang memprotes suara hewan yang dianggap mengganggu. "Kalau hewan berkokok kan alami, kalau ayam menggonggong barulah aneh. Jadi, ini enggak perlu dikhawatirkan," tutur Rai sembari tertawa.
Rai menyebutkan Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan Gubernur Bali telah melakukan mediasi antara pembuat petisi dan warga lokal yang diprotes. "Saya belum pantau hasilnya sampai akhir ini. Tapi, saya harapkan agar tidak usahlah membuat petisi karena itu hal yang biasa, dan lumrah," tambahnya.
Dari pantauannya memang mulai ramai bule yang memiliki izin tinggal lama di Bali dan lebih memilih tinggal di guesthouse untuk menghemat. "Jangan sampai bayarnya guesthouse tapi, servisnya ingin hotel bintang lima. Itu kan tidak bisa, dan tidak adil bagi kami," katanya.
Oleh karena itu, bagi wisatawan berduit dipersilakan untuk tinggal di hotel. "Kalau pun tinggal di guesthouse ya mereka harus menerima, dan bisa beradaptasi dengan lingkungan," katanya.
Bali sendiri, lanjut Rai, memiliki hotel dengan berbagai fasilitas yang luar biasa, mulai dari hotel bintang empat plus, hotel bintang lima diamond hingga vila eksklusif. Sehingga, para turis tak akan kekurangan pilihan untuk menginap.
Di sisi lain, kata Rai, hal-hal semacam petisi dan berbagai ulah nakal bule memanglah selalu ditemukan di kawasan pariwisata. Sama halnya dengan Bali yang pariwisatanya kini tengah bergeliat, tak heran muncul beberapa permasalahan.
Menurutnya, permasalahan-permasalahan tersebut haruslah disikapi secara baik dan bijaksana. "Maka dari itulah kita harus ekstra hati-hati, dalam hal ini dengan dibentuknya satgas sehingga bisa menangani secara menyeluruh penyakit pariwisata. Saya hampir kunjungi banyak negara besar seperti Eropa, Amerika, Australia, dan Asia Pasifik. Tentu masalah seperti jambret, pengemis, dan keluhan-keluhan pasti ada," akunya.
Diberitakan sebelumnya, petisi ini dibuat oleh warga negara asing (WNA) yang tinggal di sebuah homestay di Jimbaran, Kuta Selata, Badung. Mereka melayangkan protes ini karena merasa terganggu dengan kokok ayam milik warga sekitar.
------
Artikel ini telah naik di detikBali dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol