Penipuan yang dilakukan staf money changer (penukaran uang) di Bali yang tertangkap kamera pesulap asal Lithuania, Rokas Bernatonis, seolah menegaskan aksi itu tidak ditangani secara serius. Kasus serupa dikeluhkan turis dari tahun ke tahun.
Pesulap itu beredar di Instagram dengan akun @rokas_magic. Di akun itu, dia mengunggah video cara staf money changer itu mengecoh pelanggan saat mengambil uang hasil penukaran mata uang.
Dalam video itu, Rokas berpura-pura menukarkan uang dari euro ke mata uang rupiah. Dia memang sengaja untuk membuktikan kabar yang beredar mengenai penipuan yang dilakukan money changer di Bali terhadap turis saat menukarkan mata uang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari rekaman video tampak jelas, staf money changer itu menjatuhkan uang dengan cepat ke balik mejanya. Dan, uang yang diberikan kepada Rokas tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya didapatkan.
Pada Januari 2023, Camat Kuta Selatan I Ketut Gede Arta juga telah menerima laporan dari sejumlah tokoh desa soal praktik nakal atau tipu-tipu money changer terhadap wisatawan asing. Kedoknya ialah memasang nilai tukar (rate) tinggi yang menggiurkan.
Saat itu, Arta menyebut akan menelusuri money changer tersebut. Dia bilang akan melibatkan Bank Indonesia (BI), Asosiasi Penukaran Valuta Asing (APVA) Bali, aparat desa, dan kepolisian.
Laporan dari bule-bule yang kena tipu money changer itu tidak hanya meresahkan korban, tetapi juga warga lokal. Keberadaan money changer di Kuta Selatan juga bertumbuh seiring berkembangnya akomodasi wisata. Dia menyadari betul aksi tipu-tipu money changer itu mencoreng nama Kuta Selatan.
Lagipula, wilayah Kecamatan Kuta Selatan merupakan salah satu poros pariwisata Bali, setelah Kuta. Masyarakat bergantung kepada kehadiran wisatawan. Andai mereka jera datang ke Kuta Selatan, wargalah yang menanggung kerugian sebagai efek dominonya.
Belakangan, dilaporkan area operasi money changer tipu-tipu itu meluas hingga ke wilayah Badung Selatan, kemudian mencapai ke wilayah Canggu dan sekitarnya.
Menurut tokoh Desa Canggu Wayan Suarsana, sebetulnya money changer resmi sudah terdata oleh BI. Tim gabungan bentukan desa pernah menggelar sidak, bahkan memasang stiker di sejumlah gerai tak berizin.
"Kalau penindakan berupa penutupan itu bukan kami di desa ya. Kalau ada tindak kejahatannya ya tentu biar kepolisian. Untuk menutup berapa yang berizin, nanti biar BI, bersama APVA, dan instansi lain yang berwenang," kata Suarsana beberapa waktu lalu.
Ia mengimbau wisatawan untuk berhati-hati saat menukar uang di sejumlah gerai. Ada beberapa ciri yang perlu diperhatikan agar terhindar dari tindak kejahatan.
"Biasanya dia menawarkan rate tinggi. Itu perlu hati-hati. Dari segi lokasi juga kalau tidak meyakinkan, ya tidak usah. Kantornya yang meyakinkan biasanya berupa PT, dari segi izin pasti sudah aman," kata dia.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol