Bisnis money changer ilegal yang menjamur di Bali diduga mempunyai kerja sama dengan penukaran uang resmi di Pulau Dewata. Modusnya, yaitu meminjamkan izin cabang kepada money changer abal-abal.
Baru-baru ini video pesulap asal Lithuania, Rokas Bornatonis, memuat aksi tipu-tipu staf money changer di Bali menjadi viral. Money changer abal-abal itu berada di Canggu. Rupanya, ada dugaan money changer abal-abal itu tidak bekerja sendiria.
Salah satu anggota Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA), Bima, bukan nama sebenarnya, mengungkapkan fakta mengerikan tentang money changer abal-abal di sejumlah kawasan, seperti Kuta, Legian, Canggu, Seminyak, Sanur, dan sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi mereka menjalin kerja sama dengan money changer resmi. Ada money changer resmi yang meminjamkan izin cabangnya, meminjamkan saldonya, dan terang-terangan menerima valas tersebut di kantor pusat," ujarnya kepada detikBali, Kamis (9/3/2023).
Bima melanjutkan selain modus tersebut, ada juga oknum karyawan dan pemilik money changer resmi yang memberikan izinnya untuk dipakai dengan bayar bulanan.
"Iya, pemilik atau direktur money changer resmi memohon buka cabang ke BI (Bank Indonesia), tapi diserahkan operasionalnya seluruhnya ke pegawainya yang senior atau temannya atau siapa pun yang berani buka cabang," kata dia.
Sementara itu, berdasarkan temuan di lapangan, saat sidak yang dilakukan oleh aparat kelurahan ke sejumlah money changer di Legian, ada beberapa money changer memasang nama PT, seperti PT IPSV, PT CD, dan lain sebagainya.
"Ternyata dia hanya modal apply ke OSS. Sekadar ada nama PT. Padahal syarat mendirikan usaha money changer harus izin dari BI dengan berbagai syarat yang makin lama makin banyak. Termasuk akta pendirian notaris," kata Bima.
Bima menduga hal ini dikarenakan kebanyakan para money changer ilegal enggan mengurus izin ke BI.
"Mereka biasanya nggak mau urus izin karena ribet. Ribetnya itu contohnya, pengurus harus sarjana dan lumayan laporan ke BI/PPATK setiap bulannya," ujar dia.
Praktik money changer ilegal diakui salah satu tokoh masyarakat di Kuta I Wayan T bahwa praktik itu sudah berlangsung lama dan sulit diberantas.
"Sebenarnya, sudah lama mereka ini munculnya dan mereka ini memang begitu. Modusnya baru-baru ini juga terjadi di Kuta dan kami sayangkan mereka kembali menjamur. Intinya kami sekarang menunggu aksi BI untuk memberantas itu," kata dia.
***
Artikel ini juga tayang di detikBali. Selengkapnya klik di sini.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol