Suku Aborigin Membuat Perdana Menteri Australia Menangis, Ada Apa?

CNN Indonesia - detikTravel
Selasa, 28 Mar 2023 12:31 WIB
Foto: Ilustrasi suku Aborigin (Getty Images/Lisa Maree Williams)
Canberra -

Pemerintah Australia rencananya akan menggelar referendum untuk menentukan nasib masyarakat adat suku Aborigin. Situasi ini membuat PM Albanese sampai menangis.

Lewat referendum tersebut, akan ditentukan apakah masyarakat suku Aborigin dan orang-orang kepulauan Selat Torres akan diakui oleh konstitusi Australia atau tidak.

Dalam pernyataannya, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan referendum ini adalah momen yang telah lama dibuat.

"Semangat kerja sama dan dialog yang bijaksana dan penuh hormat adalah hal penting untuk bisa sampai ke titik ini," kata Albanese dengan penuh emosional.

Profil Suku Aborigin

Masyarakat asli Australia, atau yang dikenal sebagai Aboriginal Australians, sudah tinggal di benua tersebut selama lebih dari 50.000 tahun. Hingga kini, ada 250 bahasa berbeda yang tersebar di seluruh Australia.

Dilansir dari National Geographic, masyarakat Aborigin sendiri terbagi menjadi dua. Pertama adalah orang Aborigin, yakni mereka yang sudah tinggal di Australia sejak penjajahan Inggris di tahun 1788.

Kedua yakni orang Kepulauan Selat Torres, keturunan dari penduduk Kepulauan Selat Torres yang kini disebut sebagai Queensland.

Semua orang Aborigin bertalian kerabat dengan pribumi asli Australia. Namun penggunaan istilah 'pribumi' cukup kontroversial, karena bisa diklaim oleh orang-orang yang bukan penduduk asli.

Asal Muasal Suku Aborigin

Tahun 2017 sebuah studi genetik terhadap 111 orang Aborigin menemukan bahwa masyarakat adat Aborigin Australia yang ada saat ini, adalah keturunan dari nenek moyang yang sama, dari sebuah populasi yang muncul di benua Australia 50 ribu tahun yang lalu.

Sebuah teori meyakini bahwa ada migrasi keluar dari Afrika sekitar 70 ribu tahun yang lalu, sehingga menjadikan orang Aborigin Australia sebagai populasi manusia tertua yang tinggal di luar Afrika.

Ketika penjajahan Inggris dimulai pada tahun 1788, sekitar 750 ribu orang Aborigin Australia diperkirakan telah tinggal di sana.

Meski beberapa orang Aborigin Australia sempat melawan, namun sebagian besar dari mereka menjadi korban pembantaian dan pemiskinan oleh penjajah Inggris.

Generasi Suku Aborigin yang Hilang

Antara tahun 1910-1970, kebijakan asimilasi pemerintah Australia menyebabkan hingga 33 persen anak Aborigin Australia dipindahkan secara paksa.

'Generasi yang Dicuri' ini dimasukkan ke dalam keluarga-keluarga, dan dilarang berbicara menggunakan bahasa asli mereka.

Banyak orang Aborigin Australia tak punya kewarganegaraan penuh dan hak suara, sampai tahun 1965. Di tahun 1967, orang Australia memutuskan UU federal juga akan berlaku untuk orang Aborigin Australia.

Baru pada tahun 2008, PM Australia Kevin Rudd mengeluarkan permintaan maaf atas tindakan negara terhadap masyarakat Aborigin.

Sejak saat itu, Australia berusaha keras mengurangi kesenjangan sosial antara orang Aborigin dengan orang non-pribumi Australia.

Saat ini, sekitar tiga persen populasi Australia mewarisi suku Aborigin. Masyarakat adat Aborigin sendiri terus berjuang mempertahankan budaya kuno mereka, serta memperjuangkan pengakuan dari pemerintah Australia.

Lihat juga Video 'PM Australia Tunjuk Perempuan, Muslim dan Aborigin Jadi Menteri':






(wsw/wsw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork