Jepang menjual berbagai makanan tak biasa lewat mesin penjual otomatis. Salah satunya potongan daging beruang hitam.
Surat kabar Jepang Mainichi Shimbun mengabarkan, mesin penjual otomatis di Kota Semboku menjual berbagai potongan daging beruang hitam lokal. Harga potongan daging berlemak atau tanpa lemak itu dibanderol 2.200 yen atau sekitar Rp 250 ribu per 250 gram.
Hal mungkin membuat traveler bertanya-tanya. Kok bisa, mereka menjual daging beruang hitam?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya beruang hitam Asia merupakan satwa yang rentan di dunia. Jepang mengatakan, kendati mereka memperjualbelikan daging beruang hitam, mereka tetap membatasi jumlah yang bisa diburu.
Pemerintah membatasi jumlah beruang hitam yang dapat diburu sebesar 12% dari perkiraan populasi yang diperkirakan ada sekitar 15.000 di Jepang.
Mesin penjual otomatis di Semboku, prefektur Akita utara, dijalankan oleh restoran lokal Soba Goro. Dalam sepekan, mesin itu dilaporkan menjual 10-15 bungkus daging beruang yang didapat dari hasil tangkapan pemburu lokal di pegunungan terdekat. Stok akan habis jika musim berburu sedang sepi.
Untuk diketahui, Jepang memiliki jumlah mesin penjual otomatis per kapita tertinggi di dunia. Mesin ini dapat ditemukan di mana-mana, dari gang-gang kecil hingga desa-desa terpencil.
Umumnya dikenal sebagai jidou hanbaiki atau jihanki, mesin-mesin itu menjadi populer di Jepang pada tahun 1960-an. Mereka adalah bagian besar dari budaya toserba Jepang, dan menjual banyak dan beragam barang.
Pada bulan Januari, terjadi kontroversi ketika sebuah kios tak berpenjaga di kota pelabuhan Yokohama dekat Tokyo, memasang tiga mesin penjual otomatis yang menawarkan berbagai jenis daging ikan paus dengan harga hanya 1.000 yen (Rp112 ribu).
Mesin penjual otomatis di Semboku yang menjual daging beruang berdiri di pintu masuk Stasiun Tazawako, salah satu perhentian Shinkansen atau kereta super cepat yang terkenal di negara itu, serta kereta lainnya. Daging tersebut utamanya dibeli oleh pengunjung yang tiba dengan kereta super cepat itu.
Pemburu berlisensi diizinkan untuk menembak dan membunuh beruang di Jepang. Namun, karena dagingnya dianggap sebagai makanan langka di sini, ia tidak bisa ditemukan di restoran Tokyo pada umumnya.
Akan tetapi, sejak mesin yang menjual daging beruang dipasang November lalu, operatornya mengatakan mereka telah mendapatkan permintaan dari wilayah Kanto di sekitar Tokyo.
"[Daging beruang] rasanya bersih, dan tidak menjadi keras, bahkan saat dingin. Ia dapat dinikmati dalam berbagai hidangan, dari rebusan hingga steik," kata perwakilan Soba Goro kepada Mainichi.
Para ahli mengatakan bahwa semakin banyak beruang telah meninggalkan hutan dan memasuki kota dalam beberapa tahun terakhir karena kehabisan makanan. Mereka menambahkan, berkurangnya populasi manusia Jepang, terutama di daerah pedesaan, juga menjadi faktor hewan-hewan tersebut tertarik ke daerah yang tidak banyak penghuninya. Hal ini tentu menimbulkan ancaman bagi penduduk setempat.
Lima serangan beruang dilaporkan di Prefektur Miyagi utara antara April dan September 2022, dengan tujuh orang terluka. Itu adalah jumlah serangan tertinggi sejak pemerintah prefektur mulai mencatat pada tahun 2001.
Menurut Kementerian Lingkungan Jepang, antara 3.000 dan 7.000 beruang telah tewas dalam tujuh tahun terakhir karena pertemuan antara manusia dan hewan telah meningkat.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!