Beberapa tahun belakangan, warga Arab Saudi yang menjadi atheis bertambah jumlahnya. Alasannya beragam, salah satunya enggan hidup dengan aturan ketat.
Menurut artikel di lembaga Think Tank Secular Humanism, banyak warga Arab Saudi mengaku atheis karena kecewa atas aturan pemerintah yang dianggap kaku dan terlampau ketat.
Selain itu, warga juga kecewa atas represi dari Arab Saudi. Pemerintah membatasi akses ke situs dan media sosial yang dianggap subversif.
Di tengah tekanan itu, diskusi soal atheisme di Saudi justru lebih intensif dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa memilih anonim, sebagian lagi mempertaruhkan kebebasan mereka untuk meningkatkan kesadaran mengenai sekularisme dan atheisme melalui situs, video, dan media sosial.
Baca juga: Muslim di Vietnam Tak Wajib Salat dan Puasa |
Sementara itu, menjadi atheis di Arab Saudi sebenarnya melanggar hukum. Mereka dapat dijerat hukuman fisik, penjara, atau bahkan eksekusi mati. Biasanya, mereka yang murtad dari Islam juga mendapat hukuman penjara dalam waktu lama.
Menurut Undang-undang Dasar Pemerintahan Saudi tahun 1992, agama resmi negara adalah Islam, dan konstitusinya berdasarkan Al Quran serta Sunnah atau tindakan dan hukum yang dilakukan zaman Nabi Muhammad.
Undang-undang itu juga melarang promosi ideologi atheisme dalam bentuk apapun dan melarang upaya untuk meragukan dasar-dasar Islam.
Jika melihat jumlah atheis di Arab Saudi memang berbeda jauh dengan pemeluk Islam. Data Agama Dunia yang dirilis Universitas Boston pada 2020 mengungkap ada 31,5 juta Muslim di Arab Saudi. Sementara atheis atau agnostik berjumlah 242 ribu orang.
Hanya saja, antheisme di Arab Saudi terus menjalar selama 10 tahun terakhir.Menurut jajak pendapat Gallup International pada 2012, sekitar 5 persen warga Saudi menganggap diri mereka atheis sementara 19 persen lainnya tidak beragama. Jumlah ini dianggap signifikan di tengah kondisi negara yang dengan ketat memberlakukan hukum Islam.
Simak Video "Video Arab Saudi Temani Indonesia ke Round 4, Australia Lolos Piala Dunia"
(pin/pin)