Pariwisata jadi salah satu penyumbang emisi global. Apakah wisata mesti dihapuskan atau dibuat model baru yang lebih ramah lingkungan?
Praktik wisata dan konsep ramah lingkungan sering berseberangan. Tapi bagaimana jika ada konsep wisata rendah karbon yang menyenangkan dan ramah lingkungan?
Hal tersebut berusaha dilakukan oleh beberapa pihak di Jakarta, ada Disparekraf DKI Jakarta, Bumi Journey, serta Jakarta Good Guide yang menjalankan wisata rendah karbon di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam data yang dihimpun Bumi Journey, mereka menyebutkan kegiatan pariwisata menyumbang 8 persen dari total emisi global. Walaupun menyumbang emisi cukup tinggi, tapi bidang ini juga memiliki dampak ekonomi yang juga tinggi, yakni sekitar 10 persen kepada dampak ekonomi dunia.
Hal tersebut yang mendorong berbagai pihak untuk membuat inovasi baru dalam praktik pariwisata. Kalau biasanya kegiatan pariwisata perlu menyumbang karbon cukup banyak dari transportasi atau penginapan tidak ramah lingkungan.Namun pada praktik wisata rendah karbon ini, mereka berupaya berwisata dengan menurunkan emisi yang dapat dikeluarkan serta memberikan pengetahuan terkait wisata berkelanjutan dan dampak dari ekosistem manusia.
Mereka memiliki tiga rute pada satu hari kegiatan, Sabtu (29/4/2023), dan detikTravel mengikuti satu di antaranya. Kami menjajal untuk bermain dan berdiskusi di Taman Langsat, yakni sebuah RTH yang cocok untuk kegiatan outdoor.
Sehabis itu kami dibawa untuk praktik belajar membatik di Batik Gobang, yakni galeri batik Betawi klasik di Jakarta. Batik Gobang sendiri memiliki inklusifitas yakni kerap mempekerjakan kaum Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ), kaum disabilitas, pengangguran dan lain sebagainya.
Selepas itu kami menjajal Burgreens. Adalah kedai makanan berkonsep plant based dan non hewani. Selain itu kami juga diajak ke Rumah Juliet, yakni kedai kue dan kopi yang juga mengusung konsep plant based.
Lalu, apa yang jadi hal sangat penting bagi berbagai pihak untuk mensukseskan konsep wisata rendah karbon? Alasannya berbagai hal, mulai dari dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial. Seperti misalnya dijelaskan oleh Kepala bidang Data, Informasi dan Pengembangan Destinasi Disparekraf DKI Jakarta, Hari Wibowo.
"Dampak kenaikan suhu rata-rata Bumi sebesar 1.5-2 derajat celcius akan meruntuhkan ekonomi dunia, salah satunya pariwisata yang merupakan 10% ekonomi global. Artinya 1 dari 10 orang bergantung pada pariwisata untuk hidup. Kenaikan 2 derajat celsius juga akan menenggelamkan 80-90% Jakarta Utara dan menghilangkan keindahan alam Indonesia; mulai dari dalam laut ke atas gunung," ujarnya.
Baginya, praktik berwisata tidak bisa berhenti begitu saja, namun dapat diterapkan juga menjadi suatu konsep wisata baru yang ramah lingkungan.
"Kita tidak bisa dan tidak boleh memberhentikan pariwisata, tapi kita bisa mengubah cara kita berwisata menjadi lebih rendah karbon atau ramah iklim Hal ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia yang berencana mengurangi 32% emisi karbon di tahun 2030," dirinya menjelaskan.
Bahkan dengan diadakannya wisata rendah karbon ini di Jakarta, membuat Provinsi ini menjadi daerah pelopor wisata dengan ramah iklim.
"Hal ini menjadikan Jakarta sebagai pelopor kota wisata rendah karbon di Indonesia, dan ASEAN, yang sejalan dengan rencana Kemenparekraf yang berniat menjadikan Indonesia sebagai negara pelopor Net Zero dalam bidang pariwisata" ujar Hari.
Adanya wisata rendah karbon ini juga berdampak kepada peserta yang mengikuti kegiatan. Para peserta juga jadi makin paham terkait problem yang terjadi dan juga kepentingan apa yang ingin dibawakan pada kegiatan wisata rendah karbon.
"Insight menarik itu bagaimana mereka mengajarkan konsep dan knowledge tentang pentingnya merendahkan karbon di dunia. Tadi mereka juga jelaskan pariwisata adalah salah satu objek penyumbang terbesarnya. Lalu juga bagaimana mereka menyampaikannya dengan games, atau race to net zero. Itu menurut saya suatu yang sangat baru ya," terang pengunjung, Agung.
(wkn/wkn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol