Old Batavia atau Kota Tua Jakarta, merupakan daerah awal peradaban Jakarta. Napak tilas di sini temui jejak Gudang VOC, sayangnya terbengkalai.
Jakarta telah menjadi pusat peradaban sejak dulu. makanya, Jakarta kaya dengan jejak sejarah.
Namun sayang, sejarah tersebut tidak semuanya selamat. Ada yang terlewatkan dan terbengkalai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti itulah yang dilihat detikTravel saat mengikuti jelajah Kota Tua Jakarta pada Minggu (14/5/2023) bersama rombongan Plesiran Tempo Doeloe dari Sahabat Museum.
![]() |
Rombonganmenelusuri jejak sejarah Kota Tua Jakarta dengan berjalan dan juga sambil didampingi oleh pemandu. Pada perjalanan ini kami diajak untuk mengimajinasikan rupa Jakarta tempo dulu, lewat foto-foto sejarah seperti bangunan hingga peta tua yang jadi rujukan tempat yang kami telusuri.
Berbeda dengan Kota Tua Jakarta yang selama ini banyak dikenal oleh kalangan luas lewat ikonnya Museum Jakarta (Museum Fatahillah), kami menyusuri daerah yang sedikit lebih utara dari tempat wisata Kota Tua Jakarta, tepatnya kami memulainya dari kawasan yang disebut Kota Intan.
Di sekitar area Kota Intan diceritakan terapat bekas teritori pertama VOC, bekas lokasi kasteel Batavia, bekas tembok Kota Batavia, dan Bekas Gudang VOC.
Tempat ini dipilih juga karena dinilai lokasi ini adalah awal mula kedatangan bangsa Belanda ataupun Cornelis de Houtman ke Batavia. Namun tak banyak yang tersisa dari tempat ini, hal tersebut karena sudut bersejarah di sini banyak yang sudah beralih fungsi dan tidak berwujud lagi.
![]() |
Satu-satunya tempat yang dapat kami temui sisanya di sekitar area ini adalah bekas Gedung VOC, yang di baliknya terdapat bekas tembok kota Batavia. Bahkan rupa bangunan eks Gedung VOC ini juga seakan sudah tak tersentuh sejak lama.
Bangunan era kolonialisme itu nampak masih cukup jelas, walau bangunan tua tersebut sudah banyak digerayangi tumbuhan liar yang menjalar dari atapnya, hingga dikelilingi rawa dan area yang cukup becek. Walau terlihat jelas bangunan ini tidak terawat, tapi struktur bata pada tembok nampak masih cukup kuat.
Berjalan sedikit memutar, ternyata dibaliknya terdapat bekas tembok kota Batavia. Dulunya tempat ini adalah merupakan tembok besar yang lazim dibangun oleh bangsa Eropa.
"Lazimnya kota di Eropa itu dibangun dengan tembok. Karena mereka dengan satu sama lain itu kan bertikai, jadi VOC ketika ke sini mereka membangun kota bertembok. Tapi sebenarnya bukan di Batavia saja, di tempat lain seperti di Srilanka, Surabaya, Semarang, apalagi di Batavia," terang Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA), Nadia Purwestri, kepada peserta tur.
Tembok besar ini dapat ditemui di area perkampungan Jalan Tongkol. Pada tengah tembok tersebut terdapat lorong masuk ke area gudang bagian dalam.
Masuk ke area dalamnya, seakan kami dibawa ke alam lain, karena di balik tembok besar tersebut terdapat pohon besar beserta akar yang merambat di tembok, serta jalanan yang cukup berlumpur.
Bangunan ini sama sekali tidak tersentuh, terlihat dari atap bangunan yang mulai keropos dan kusen kayu yang mulai lapuk. Terlihat tempat ini hanya dimanfaatkan untuk parkir kendaraan-kendaraan besar.
Selain bangunan tersebut, tak ada bangunan yang dapat kami temui di sekitar sini, hal tersebut karena banyak area di tempat ini yang sudah beralih fungsi hingga beralih rupa. Walau begitu, tujuan perjalanan ini memang tak hanya sekedar melihat bangunan yang tersisa, melainkan mengetahui jejak historis dan membayangkan masa lalu layout Jakarta, khususnya sekitar area ini.
"Situs bersejarah ini kan banyak cerita ternyata. Walaupun lokasinya sebenarnya sudah nggak ada, fisik artefaknya sudah nggak ada, kecuali tadi bekas gudang itu masih ada. Tapi dengan kita membawa poster, kita menceritakan keadaannya, petanya segala macam, imajinasi orang itu akan muncul dan akan merasa kayak terhempas ke masa lalu. Oh dalam kastil ini ada ini, kehidupannya seperti ini," ujar Koordinator Sahabat Museum, Ade Purnama.
Selain itu harap Ade, mereka yang mengikuti event ini dapat menambah pengetahuan terkait kota Jakarta dan diharapkan peserta memiliki rasa memiliki terhadap kota tempat dirinya tinggal.
"Mereka bisa mengenal rootnya, akarnya, mereka bisa mengenal masa lalunya, mereka bisa mengenal kotanya di zaman dulu seperti apa. Terutama bagi kita warga Jakarta. Jadi dengan mereka datang mengunjungi langsung dan diceritakan oleh narasumber atau ahli-ahlinya mengenai sejarahnya, mereka akhirnya punya rasa memiliki terhadap kotanya," dia berharap.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit
Skandal 'Miss Golf' Gemparkan Thailand, Biksu-biksu Diperas Pakai Video Seks