Sekitar 200 makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa Jatiguwi, Malang dicat warna-warni. Ternyata, ada alasan kuat di balik pengecatan itu.
Makam yang berada di kecamatan Sumberpucung, kabupaten Malang itu berbeda dari pemakaman biasanya. Bila umumnya nisan makam berwarna putih atau kijing berhias batu marmer dan sebagainya, di TPU ini nisan dan kijing makam dicat warna-warni dengan warna yang mencolok.
Ada nisan dan kijing yang berwarna merah, ada yang biru, kuning, hijau, dan ada juga yang tetap berwarna putih. Warna-warni nisan makam yang berada di sisi utara akses jalan Malang-Blitar itu pun banyak menarik perhatian warga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warna-warni yang mencolok pada batu nisan makam terlihat jelas dari kejauhan. Hampir seluruh makam dicat dengan beragam warna. Ada nisan yang tidak dicat karena dilapisi tegel. Namun jumlahnya hanya segelintir.
Suasana di pemakaman itu pun rindang karena adanya dua pohon beringin berukuran besar yang juga membuat pengendara lewat betah beristirahat di warung-warung yang berada di sekitar makam.
Penjaga TPU Jatiguwi, Tukiman (58) mengatakan bahwa pengecatan nisan makam itu baru dilakukan pada awal Ramadhan lalu. Alasan peremajaan makam ini untuk menghilangkan kesan angker.
"Baru awal puasa (Ramadhan) lalu dicat. Ini merupakan program desa agar tampak bersih dan tidak angker," terangnya ditemui wartawan, Sabtu (20/5/2023).
![]() |
Program Pemerintah Desa Jatiguwi untuk mengubah wajah kompleks pemakaman itu pun direalisasikan dengan menurunkan beberapa pekerja guna melakukan pengecatan. Proses pengecatan itu membutuhkan waktu hampir 15 hari. Hasilnya, nisan makam pun dipercantik dengan konsep warna-warni.
Tanggapan Kades Jatiguwi
Kades Jatiguwi Enggar Sri Wahyuningtyas mengakui bahwa ide mengecat nisan makam warna-warni untuk menghilangkan kesan angker muncul dari pemerintah desa. Namun, untuk merealisasikan program tersebut, Pemdes terbentur kemampuan anggaran.
"Ide awal kita (Pemdes), tapi masalahnya di anggaran. Tujuannya agar terlihat bersih dan tidak angker," ujar Enggar saat dikonfirmasi, Senin (22/5/2023).
Di tengah persoalan kemampuan anggaran itu, lanjut Enggar, ada salah satu warga yang kemudian punya niat melakukan pengecatan di makam keluarganya.
"Kemudian ada ahli waris yang berniat melakukan pengecatan makam. Tahu gitu kemudian menyumbang cat dan tenaga kerjanya sekaligus. Jadi murni donatur dari warga, bukan pakai anggaran desa. Tentunya kami bersyukur ide awal bisa terealisasi," bebernya.
------
Artikel ini telah naik di detikJatim.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan