2023, Musim Pendakian Paling Mematikan Gunung Everest

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

2023, Musim Pendakian Paling Mematikan Gunung Everest

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Minggu, 04 Jun 2023 08:17 WIB
In this photograph taken on May 2, 2021, Nepals mountaineer Kami Rita Sherpa poses for a picture during an interview with AFP at the Everest base camp in the Mount Everest region of Solukhumbu district, as Sherpa on May 7 reached the summit of Mount Everest for the 25th time, breaking his own record for most summits of the highest mountain in the world. (Photo by Prakash MATHEMA / AFP) (Photo by PRAKASH MATHEMA/AFP via Getty Images)
Gunung Everest (Foto: Prakash Mathema/AFP via Getty Images)
Jakarta -

Musim pendakian Gunung Everest di tahunn 2023 ini adalah yang paling mematikan. Belasan orang telah dikonfirmasi tewas dan lainnya masih hilang.

Musim semi adalah waktu terbaik untuk mendaki Everest, meskipun beberapa pendaki mungkin mendaki di musim gugur yang kurang menguntungkan.

Di sana ada jeda waktu singkat, biasanya setelah pertengahan Mei. Saat itu suhu lebih hangat dan angin di ketinggian tinggi yang dikenal sebagai aliran jet telah menjauh dari pegunungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun, musim pendakian ini telah merenggut nyawa empat orang Nepal dan delapan orang asing," menurut Yubaraj Khatiwada, seorang direktur di departemen pariwisata dikutip dari CNN, Minggu (4/6/2023).

"Dan dari lima orang yang hilang, ada tiga orang Nepal dan dua orang asing," imbuh dia.

ADVERTISEMENT

"Musim pendakian sudah berakhir untuk musim semi ini. Tidak ada lagi pendaki yang tertinggal di sana. Kami hanya memiliki misi pencarian dan penyelamatan yang tersisa," kata Bigyan Koirala, seorang pejabat di Departemen Pariwisata Nepal.

Gelje, sang sherpa penyelamat pendaki Malaysia, mengatakan bahwa ada beberapa kemungkinan mengapa musim ini begitu mematikan. Cuaca buruk, suhu sangat dingin, dan beberapa pendaki kurang pengalaman atau pelatihan yang memadai jadi faktor kecelakaan di ketinggian itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, ketika jumlah korban tewas meningkat di Gunung Everest, para pendaki dan ahli juga memperingatkan adanya bahaya kepadatan jalur berlebih.

Satu rute menuju puncak berarti akan ada penundaan. Satu foto di tahun 2019 telah viral, menggambarkan ratusan pendaki berkerumun di punggung bukit terbuka menuju puncak.

Mereka dalam antrean panjang untuk mencapai puncak. Semuanya di area kritis yang dijuluki zona kematian.

Seorang pemandu gunung mengatakan pada saat itu bahwa bahkan dengan membawa oksigen, tubuh manusia hanya dapat bertahan di zona kematian selama beberapa jam.

Dan kemacetan jalur di zona kematian berpotensi fatal. Nepal sendiri telah mengeluarkan izin yang memecahkan rekor, yakni sebanyak 478 pendaki diizinkan melakukan ekspedisi ke Gunung Everest.

Bukan hanya Everest yang semakin populer sebagai tujuan bagi pendaki internasional. Gunung tertinggi kedua di dunia, K2 di Pakistan, juga baru saja mengalami musim tersibuknya.




(msl/fem)

Hide Ads