Wacana larangan mendaki gunung di Bali ramai ditentang banyak pihak. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno pilih tunggu penjelasan pemerintah Bali.
Sandiaga enggan berkomentar lebih jauh mengenai larangan mendaki gunung di Bali.
"Pendakian gunung di Bali masih kami klarifikasi karena banyak sekali yang bertanya kepada kami telah mendapatkan paket ecotourism seperti hiking dan sebagainya dan juga ada kegiatan sport tourism yang direncanakan beberapa minggu dan bulan ke depan," kata Sandiaga dalam jumpa pers di Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Jakarta (5/6/2023).
"Izinkan kami klarifikasi dulu dan nanti akan menghadirkan Pak Kadis dari Bali untuk menjelaskan pernyataan gubernur," dia menambahkan.
Sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster berkukuh melarang pendakian 22 gunung di Bali. Koster berdalih pelarangan naik gunung itu untuk melindungi kesucian alam di Bali. Itu juga terkait dengan daya tarik pariwisata di mana turis datang ke Bali karena aura alamnya.
"Kalau unsur yang menjadi kesucian ini dirusak, itu sama saja kita mendegradasi kesucian alam Bali," tutur politikus PDI Perjuangan tersebut. Dampaknya, wisatawan yang liburan di Pulau Dewata akan menurun.
Koster berpendapat seharusnya pemandu gunung berpikir jangka panjang. Sebab, dengan menjaga kesucian gunung, pariwisata Bali akan berkelanjutan.
"Jangan cuma segelintir orang, hanya untuk sebagai pekerjaan pemandu ke gunung dan bukit, kita mengorbankan bagian besar daripada kepentingan pariwisata di Bali ini secara berkelanjutan," kata Koster.
Sementara itu, banyak juga yang menolak langkah Koster tersebut. Penolakan dilontarkan anggota dewan, aktivis Niluh Djelantik, pemandu pendakian hingga pemilik usaha alat-alat camping. Larangan itu disebut punya efek domino untuk perekonomian masyarakat yang menggantungkan hidup dari wisata gunung.
Simak Video "Video RK Bertemu Sandiaga saat Pameran Seni Bahas soal Pariwisata"
(pin/fem)