Nusa Penida Bali memang memiliki destinasi wisata yang tiada dua. Namun, air bersih di sana harganya begitu mahal.
Air bersih masih menjadi barang langka di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, terutama memasuki musim kemarau. Kebutuhan air meningkat sedangkan sumber-sumber air bersih berada jauh di dekat pantai yang menyulitkan proses distribusi.
Kondisi tersebut memaksa warga Nusa Penida merogoh kocek lebih dalam untuk membeli air bersih. Pasalnya, air bersih dibutuhkan tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga. Tapi juga untuk kegiatan usaha perhotelan dan restoran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, Bupati Klungkung I Nyowan Suwirta miris beberapa warga harus membeli air bersih hingga Rp 2,5 juta per bulan. Terutama, warga di bagian atas pulau Nusa Penida.
"Untuk membeli air bersih kami akui sampai Rp 1-2,5 juta per bulan. Mereka itu gunakan untuk kebutuhan usaha hotel dan restoran," tuturnya kepada detikBali, Selasa (13/6/2023).
Warga di bagian atas Nusa Penida, antara lain Desa Bunga Mekar, Batu Kandik, Sekartaji, Tangkad, Pejukutan, dan sebagian warga di Desa Sakti.
Karenanya, Suwirta mengaku sedang berusaha meningkatkan layanan air bersih melalui Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Panca Mahottama Klungkung. Ia berharap PDAM tersebut dapat meningkatkan debit airnya.
Usaha lainnya, yakni mengusulkan penyulingan air laut seperti yang saat ini sudah dilakukan di Nusa Lembongan. Diketahui, penyulingan air laut dibangun di Desa Jungut Batu. Sistem ini (Sea Water Reverse Osmosis/SWRO) bisa menghasilkan 120 liter air per detik.
![]() |
"Di Nusa Ceningan sudah lama berdiri (SWRO) dan sudah beroperasi. Saat ini, kami fokus menangani (penyulingan air laut) juga di Nusa Gede (Nusa Penida)," imbuh Suwirta.
Anggota DPRD Provinsi Bali dari Daerah Pemilihan (Dapil) Klungkung I Ketut Juliarta menyebut warga di Desa Klumpu menginformasikan pembelian air bersih Rp 100 ribu per tangki. Tiga tangki habis digunakan dalam tiga hari.
Terhitung, warga tersebut menghabiskan 10 tangki dalam sebulan atau setara Rp 1 juta. Kondisi ini dinilai memprihatinkan. Karenanya, ia menuntut Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali untuk tidak membiarkan persoalan krisis air bersih berlarut-larut di pulau yang menyimpan segudang objek wisata tersebut.
Kepala Desa Bunga Mekar I Wayan Yasa menuturkan Perumda Panca Mahottama Klungkung sudah mendistribusikan air sebanyak 65 persen ke wilayahnya. Sedang sisanya 35 persen di Dusun Sampang, Penangkidan, dan Karangdawa, di bagian atas atau tertinggi wilayahnya.
Kepala Dusun Sampang, Desa Bunga Mekar, I Ketut Merta mengaku air tadah hujan yang ditampungnya sudah habis untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, cuci, memasak, hingga kebutuhan minum hewan ternak. Karenanya, ia membeli air kembali pada bulan ini sebesar Rp 175 ribu per tangki atau 1.000 liter dari pengepul.
Baca artikel selengkapnya di detikBali
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol