Bye-bye Jet Lag, Penelitian Pertama di Dunia Temukan Cara Menghindarinya

Syanti Mustika - detikTravel
Kamis, 22 Jun 2023 10:09 WIB
Ilustrasi penumpang pesawat (Getty Images/iStockphoto/Pollyana Ventura)
Jakarta -

Penelitian pertama tentang jet lag telah mendapatkan hasil. Terdapat tiga cara terbaik mengatasi jet leg dalam penerbangan jauh.

Dilansir dari Daily Telegraph, Kamis (22/6/2023) Qantas bersama Charles Perkins Centre dari University of Sydney merilis penelitian pertama di dunia. Proyek penelitian ini termasuk dalam Project Sunrise, yang akan menghubungkan Sydney langsung dengan New York dan London untuk pertama kalinya di akhir 2025.

Sebelumnya, detikTravel mencatat bahwa Qantas akan menjalan rute penerbangan terlama di dunia yaitu Sydney ke London dengan durasi 19 jam. Qantas telah memesan 12 pesawat Airbus A350-1000 untuk mendukung penerbangan tersebut. Nantinya selain Sydney, Melbourne juga akan masuk dalam daftar.

Nah, untuk mendukung perjalanan panjang ini, Qantas ingin menciptakan pesawat yang memiliki teknologi anti jet leg. Dalam temuan mereka, bila penumpang ingin segar ditujuan setelah melewati penerbangan panjang, maskapai harus menyiapkan hal-hal berikut.

Cara pertama adalah mengatur pencahayaan dan jadwal tidur. Yang kedua adalah mengubah waktu makan dan menggunakan bahan-bahan tertentu seperti cabai dan cokelat (untuk membuat Anda tertidur atau bangun pada waktu yang tepat). Yang ketiga adalah memasukkan gerakan dan olahraga ke dalam penerbangan.

Qantas menerbangkan tiga penerbangan untuk penelitian Project Sunrise dari New York dan London ke Sydney pada tahun 2019 dengan bantuan dari Charles Perkins Centre Sydney. Di momen itulah mereka mengumpulkan data penumpang dunia selama penerbangan tersebut.

Sebanyak 23 pelanggan sukarelawan terhubung dengan teknologi yang dapat dikenakan selama penerbangan 20 jam. Penumpang sukarelawan ini mengikuti program menu, pencahayaan, tidur, dan gerakan yang dirancang khusus.

Kesimpulannya, dibandingkan dengan penumpang dengan jadwal tidur dan makan tradisional, mereka yang ikut dalam program ini dilaporkan tidak mengalami jet leg yang parah. Mereka juga mengalami kualitas tidur yang lebih baik dalam penerbangan dan kinerja kognitif yang lebih baik dua hari setelah penerbangan.

Qantas mengatakan mereka menyesuaikan pencahayaan kabin untuk mengoptimalkan adaptasi dengan zona waktu tujuan, mengintegrasikan aktivitas peregangan dan pergerakan. Serta mengubah pengaturan waktu layanan makan untuk menyelaraskan jam tubuh dengan zona waktu tujuan.

Melibatkan para ahli

Untuk penelitian ini, banyak melibatkan para profesional di bidangnya. Salah satunya adalah Peter Cistulli, Profesor Pengobatan Tidur di University of Sydney.

"Hasil awal menjanjikan, dan ini memberi kami momentum besar untuk melihat ke tahap penelitian pelanggan berikutnya untuk mendukung desain produk dan layanan Project Sunrise," kata Profesor Cistulli.

Dia menambahkan bahwa ada tim multidisiplin yang terdiri dari lebih dari sepuluh peneliti dari latar belakang kedokteran, sains, dan teknik yang bekerja sama dalam proyek ini. Ini termasuk peneliti tidur, ahli sirkadian, ahli nutrisi dan gerakan.

"Tidak ada maskapai penerbangan yang pernah melakukan penelitian semacam ini sebelumnya," ujarnya.



Simak Video "Video: Turki Bakal Denda Penumpang yang Berdiri Sebelum Pesawat Berhenti"

(sym/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork