Keberadaan kapal wisata Titan yang hilang saat menuju bangkai kapal Titanic belum bisa diketahui. Stok oksigen rupanya tidak dipastikan.
Kapal selam yang meluncur pada Minggu (18/6/2023) itu memiliki stok oksigen 96 jam. Tetapi, bisa saja oksigen habis lebih cepat atau lebih lambat.
Dilansir dari BBC, Dr Ken LeDez, ahli pengobatan hiperbarik di Memorial University di St John Newfoundland, Kanada mengatakan bahwa cadangan oksigen sangat bergantung pada kondisi penumpang.
"Itu tergantung pada seberapa dingin suhu tubuh mereka dan seberapa efektif mereka menghemat oksigen," kata LeDez.
Lebih lanjut, Dr LeDez mengatakan kalau tubuh awak menggigil artinya akan banyak oksigen yang dibutuhkan. Cara menghematnya adalah duduk berdekatan agar tubuh tetap hangat.
"Kehabisan oksigen adalah proses bertahap. Ini tidak seperti mematikan lampu, ini lebih mirip dengan mendaki gunung. Jika suhu semakin dingin, metabolisme menurun dan tergantung seberapa cepat Anda mendaki gunung itu," ujar dia.
Meskipun tidak mengetahui situasi lengkap di dalam kapal selam, Dr LeDez mengatakan bahwa kondisi per individu bisa sangat berbeda setiap jamnya. Ada yang dapat bertahan lebih lama daripada yang lain.
Prediksi senada diungkapkan oleh Laksaman Muda John Mauger yang merupakan penjaga pantai Amerika Serikat (AS).
"Kami tidak mengetahui tingkat konsumsi oksigen per penumpang di kapal selam," ujarnya.
Sebenarnya, kehabisan oksigen bukan satu-satunya bahaya yang dihadapi oleh penumpang.
"Kapal mungkin telah kehilangan daya listrik, yang kemungkinan berperan dalam mengontrol jumlah oksigen dan karbondioksida di dalam kapal.
Saat tingkat oksigen turun, proporsi karbondioksida yang dihembuskan oleh awak akan meningkat, ini tentu memiliki konsekuensi yang fatal.
"Saat kadar karbondioksida meningkat, awak akan seperti menghirup obat penenang, mirip anastesi. Mereka akan tertidur," kata dia.
Kadar karbondioksida yang meningkat dalam aliran darah dapat membunuh mereka. Ini disebut hypercapnia.
Mantan kapten kapal selam Angkatan Laut Kerajaan Ryan Ramsey mengatakan dia melihat video online dari bagian dalam Titan dan tidak dapat melihat sistem penghilang karbondioksida, yang dikenal sebagai scrubber.
"Bagi saya itu adalah masalah terbesar dari mereka semua," katanya.
Kapal Titan melakukan ekspedisi menuju reruntuhan Titanic di Atlantik Utara pada Minggu (18/6). Kapal itu hilang kontak sejak 1,5 jam setelah meluncur ke dalam laut. Kini pencarian terus dilakukan, tak hanya AS dan Kanada, negara-negara dari Eropa juga mengirimkan kapal bantuan.
Simak Video "Saksi: Banyak Teknisi Muda Tanpa Pengawasan Garap Kapal Selam Titan"
(bnl/fem)