Saat Kaisar Jepang Tertawa Mendengar Cerita Mitos Candi Borobudur

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Saat Kaisar Jepang Tertawa Mendengar Cerita Mitos Candi Borobudur

Eko Susanto - detikTravel
Jumat, 23 Jun 2023 17:05 WIB
Japans Emperor Naruhito, center right, shakes hands with Central Java Governor Ganjar Pranowo as the Director of Borobudur Temple Tourism Park Febrina Intan, right, looks on during his visit at the 9th century Borobudur Temple in Magelang, Indonesia, Thursday, June 22, 2023. Naruhito is currently on a weeklong visit in the country in his first official foreign trip since ascending the Chrysanthemum Throne in 2019. (AP Photo/Slamet Riyadi)
Foto: Kaisar Jepang di candi Borobudur (AP/Slamet Riyadi)
Magelang -

Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito mengunjungi candi Borobudur. Sang Kaisar tertawa ketika mendengar cerita dari pemandu mengenai mitos di candi tersebut.

Mura Aristina, staf Edukator Museum dan Cagar Budaya (MCB) Unit Borobudur, ditunjuk menjadi guide untuk menemani Kaisar Jepang Naruhito. Mura Aristina pun mendampingi Kaisar Naruhito selama sekitar 30 menit menikmati Candi Borobudur.

Kaisar Naruhito tiba di Pelataran Candi Borobudur pada Kamis (23/6) pukul 08.12 WIB dan naik candi pukul 08.19 WIB. Kaisar Naruhito turun dari Candi Borobudur pukul 09.49 WIB atau sekitar 30 menit berada di puncak Candi Borobudur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat berada di puncak Candi Borobudur, Mura lebih banyak menjelaskan tentang kaitan air di candi. Selain itu, Kaisar Naruhito juga terkesan dengan beberapa relief yang ada di Candi Borobudur.

"Salah satu narasi yang sudah disiapkan adalah happy Buddha. Saya nggak tahu kenapa sudah lama dilarang pegang patung Kunto Bimo itu, tapi kok masih juga orang suka pegang patung, maka sekarang sudah tidak boleh," kata Mura kepada wartawan di Candi Borobudur, Kamis (22/6/2023).

ADVERTISEMENT

"Saya sampaikan kepada beliau (Kaisar Jepang), sejarahnya kurang lebih 80 tahun yang lalu menjadi pegawai pemerintah Belanda gajinya nggak besar, nggak cukup. Maka untuk menambah penghasilan orang membuat mitos siapa yang bisa sentuh patung, bisa sukses, kaya, cita-cita terkabul dan sebagainya," tutur Mura.

Selanjutnya, kata Mura, jika tidak bisa pegang patung karena tangannya pendek memberikan uang dalam stupa. Mitos yang dipercaya uang tersebut diletakkan pada pangkuan patung Buddha.

"Nah pada sore hari setelah pengunjung turun, pakai sapu lidi ujungnya dikasih getah buah nangka (pulut) buat ngambil. Cuma akal-akal agar orang ngasih uang di dalam," terangnya.

"Saya jelaskan kepada beliau karena pariwisata kita tentunya adalah pariwisata yang berkelanjutan. Pariwisata yang berprinsip pada pelestarian jangan sampai pariwisata ramai, tapi candi rusak buat apa, nanti tidak ada yang bisa dikunjungi lagi," sambung Mura.

Kaisar Jepang Tertawa

Mura berharap cerita ini disampaikan kepada masyarakat Jepang yang ingin berwisata ke Candi Borobudur. Dia menyarankan jangan terlalu percaya dengan mitos yang ada.

"Jadi, semoga hal ini bisa disampaikan kepada masyarakat Jepang di mana datang boleh, tapi lupakan mitos. Jadi jangan sampai menyentuh, maka tadi saya guyoni, kalau pingin beruntung nanti pegang Mas Ganjar bisa ditraktir apa, terus ketawa semuanya," kata dia.

Kaisar Jepang, kata Mura, saat berada di Candi Borobudur tertarik dengan jaladwara atau saluran air. Di mana jalad yang berarti air, kemudian wara adalah talang.

"Karena beliau dasarnya ilmuwan tentang air, maka saya lebih banyak cerita masalah air," tuturnya.

Kaisar Jepang soal Sandal Upanat

Saat disinggung sandal upanat, kata Mura, Kaisar Naruhito sangat memahami. Pihaknya menjelaskan sebelum pandemi pengunjung yang naik menuju bangunan candi tidak ada pembatasan.

"Bahwa sebelum pandemi pengunjung tidak dibatasi yang mulia sampai 58 ribu orang, tapi sekarang hanya boleh 1.200 harus menggunakan pemandu, harus selalu diawasi karena sikap pengunjung itu harus selalu terkontrol," jelas dia.

"Tadi saya tunjukkan batu yang cekung (aus), jadi sebelum naik tangga pertama sudah saya jelaskan. Jadi, kenapa kita harus pakai sandal, harus menghentakan kaki pasir dan sebagainya harus bersih. Tadi sampai di lantai 9," tutur Mura.

Dia menerangkan Kaisar Naruhito memaklumi lantai 10 Candi Borobudur digunakan untuk peribadatan. Sehingga, mereka hanya berhenti sampai di lantai 9.

"Saya sampaikan kepada beliau lantai 10 hanya untuk peribadatan saja. Beliau sangat memahami, sangat menghormati," kata dia.

Mura menambahkan, Kaisar Naruhito saat berada di puncak Candi Borobudur sempat mengabadikan beberapa relief.

"Relief yang diambil (difoto) itu waktu Pangeran Siddharta berpamitan kepada orang tuanya untuk meninggalkan istana, lalitavistara nomor 61. Kemudian, waktu mencukur gundul itu nomor 66. Terus sujata, istri petani yang memberikan bubur sumsum. Jadi, padi ditumbuk dikasih gula merah sama santan itu untuk diberikan kepada Pangeran Sidharta," pungkas Mura.

-------

Artikel ini telah naik di detikJateng.




(wsw/wsw)

Hide Ads