Ekspedisi laut dalam menuju Kapal Titanic telah beberapa kali dilakukan. Hal ini membuat keluarga korban Titanic merasa kesal.
Kerabat korban kapal pesiar Titanic yang tenggelam pada 1912, menyebutkan bahwa perjalanan wisata ke lokasi kapal karam seakan tidak menghormati mereka yang tewas dalam bencana tersebut. Hal itu termasuk ekspedisi yang dilakukan OceanGate Titan.
Dilansir dari New York Post, Sabtu (24/6/2023), reruntuhan kapal harus diperlakukan seperti kuburan bawah laut bagi 1.496 orang yang tewas. Bukan diperlakukan seperti Disneyland bagi para turis yang suka berpetualang, demikian ungkap para anggota keluarga kepada Daily Beast.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka meninggal dengan cara yang sangat tragis. Biarkan saja jasad mereka beristirahat," kata John Locascio, 69 tahun, yang pamannya, Alberto dan Sebastiano Peracchio, tewas dalam tragedi Titanic.
Locascio mengatakan bahwa paman-pamannya bekerja sebagai pelayan muda di kapal tersebut. Sayangnya, pada bulan April 1912 kapal itu menabrak gunung es dan tenggelam.
Dia menyebutnya memalukan bahwa OceanGate telah memanfaatkan kunjungan ke situs suci tersebut.
"Saya pikir itu menjijikkan, sejujurnya. Apa yang ingin Anda lihat, Anda ingin mengintip?," ujarnya.
"Saya ingin (tur) dihentikan, jujur saja. Tidak ada gunanya. Anda akan pergi ke sana untuk melihat kuburan. Apakah Anda ingin menggali kuburan paman atau bibi Anda untuk melihat kotak itu?," katanya.
Kerabat penumpang Titanic yang lain bingung mengapa ada orang yang sangat berhasrat untuk melihat sesuatu yang begitu menyedihkan, bahkan sampai membayar biaya mahal.
"Ini adalah sebuah tragedi, saya tidak percaya orang mau membayar $250.000 (Rp 3,76 miliar) untuk melihatnya," kata Mark Petteruti, yang neneknya selamat dari bencana Titanic pada usia 24 tahun namun menderita PTSD seumur hidup.
"Ini adalah kuburan, semua orang yang meninggal dengan semua jasadnya ada di sana. Sekarang ini hampir seperti Disneyland dengan semua orang yang pergi ke sana untuk melihat," kata Petteruti, seorang pemilik toko dari Massachusetts.
Brett Gladstone, yang nenek buyut dan kakek buyutnya, Ida dan Isidor Straus, meninggal dalam bencana tahun 1912, mengatakan bahwa pelayaran kapal selam harus diatur dengan lebih baik.
"Saya bukan orang yang percaya pada karma buruk, dan bahwa orang-orang yang turun dengan kapal selam membawa diri mereka sendiri pada karma buruk karena mereka turun untuk melihat kuburan dari dekat dengan orang-orang yang belum dikuburkan. Namun, upaya turun ke sana harus ada prosedur yang diatur," katanya.
T. Sean Maher, yang kakek buyutnya, James Kelly, meninggal di Titanic, mengatakan bahwa orang-orang di kapal selam OceanGate seharusnya tidak berada di sana sejak awal.
"Sangat menyedihkan jika ada orang yang kehilangan nyawanya dengan cara seperti itu, tetapi menurut saya, mereka seharusnya tidak berada di sana sejak awal," kata Maher.
"Kita harus membiarkan orang-orang di sana beristirahat dengan tenang," sebutnya.
Sedikit berbeda, kerabat penumpang Titanic lainnya mengatakan bahwa reruntuhan kapal harus diperiksa dengan penuh rasa hormat.
"Masih ada banyak hal yang harus diselidiki dan dipelajari di lokasi tersebut, tetapi mari kita lakukan dengan penuh rasa hormat, bukan mendorong wisatawan untuk hanya melihatnya," kata Shelley Binder, yang nenek buyutnya, Leah Aks, merupakan salah satu dari 712 orang yang selamat.
Tragedi menimpa OceanGate yang menawarkan perjalanan wisata yang mahal dengan kapal selam ke reruntuhan Titanic. Kapal OceanGate berangkat pada hari Minggu ketika salah satu kapalnya, Titan, lenyap dengan lima orang di dalamnya.
Kapal selam ini membawa Sulaiman Dawood, 19 tahun, ayahnya yang seorang taipan, Shahzada, 48 tahun, miliarder Inggris Hamish Harding, 58 tahun, penjelajah Titanic yang terkenal, Paul-Henri Nargeolet, 77 tahun, serta pendiri dan CEO OceanGate, Stockton Rush, 61 tahun.
Saksikan juga Sudut Pandang terbaru: Komedian Bidik Parlemen
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol