Setiap jemaah haji diwajibkan menginap beberapa malam di Mina setelah melakukan wukuf di padang Arafah. Mereka menginap tidak di hotel tapi di tenda-tenda.
Di Mina ada lahan seluas sekitar 2 juta untuk menampung para jemaah yang bermalam Mina. Dari jalanan menuju Mina kita bisa melihat tenda-tenda kerucut berwarna putih, di sini mengapa Mina disebut kota tenda, dengan jumlah jemaah yang mencapai jutaan orang jadi kota tenda terbesar di dunia.
Dengan jumlah jemaah yang mencapai hampir 2 juta juga, maka setiap jemaah hanya mendapatkan ruang sekitar 1 meter persegi tepatnya 0,8 meter persegi, ya itu berarti seukuran sajadah yang biasa kita pakai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom menginap di tenda haji khusus bersama PT Arminareka Perdana. Tenda-tenda haji itu diatur oleh maktab-maktab, tenda ini disebut pemerintah Arab Saudi tahan api lho. detikcom kedapatan maktab 114. Di sini selain Arminareka ada beberapa jemaah yang dibawa oleh travel agent lainnya.
Dari pantauan detikcom di maktab ini, tidak bercampur dengan negara lain, hanya jemaah Indonesia saja dari berbagai daerah di tanah air.
![]() |
Ada beberapa buffet makanan yang disediakan, jika detikcom tidak salah menghitung, mungkin ada sekitar 8 buffet berukuran sekitar 3x4 meter. Jemaah tidak bisa makan di buffet ini, harus makan di luar, atau di tenda. Menunya sih lumayan, ada makanan bercita rasa Indonesia meski mungkin di beberapa lidah jemaah, cita rasanya masih cita rasa orang asing, tapi ada buffet snack yang menawarkan ice cream dan bubur kacang.
Hmm, bayangkan 45 derajat di gurun Mina, makan ice cream... nyesss, tapi ice creamnya gampang meleleh...Harus cepat makannya deh.
Memasuki tenda, ada beberapa tenda yang bisa menampung sekitar 80-90 jemaah tapi ada juga yang bisa menampung sampai ratusan dan mungkin ribuan. Dari perkiraan manajemen Arminareka, satu maktab ini menampung sekitar 3.000 jemaah.
![]() |
detikcom tinggal di tenda yang menampung sekitar 80-90 jemaah tadi. Tidur sih cukup nyaman, tapi kadang kaki harus terlipat biar jemaah di depan kita bisa sama-sama tidur dengan nyaman.
Saking pas ukuran tendanya, maka jika semua kasur dipasang, lantainya berubah jadi lantai kasur, tak ada lagi lantai keras, jadi kalau ada jemaah yang jalan, dan dia kurang seimbang terus tidak ada pegangan, bisa saja jatuh menimpa jemaah lain yang sedang tertidur. Kalau hal itu terjadi, biasanya para jemaah tertawa.
Di dalam tenda, jemaah disiapkan kasur lipat seukuran 0,8 meter persegi tadi kalau dipakai untuk tidur. Kasur lipat berwarna merah ini juga bisa diatur menjadi kursi kalau ingin membaca Al Quran.
Kasur ini kembali terlipat jika waktunya salat. Salat di Mina biasanya diringkas atau qashar. Salat Dzuhur, Ashar dan Isya jadi 2 rakaat, sementara Maghrib dan Subuh tetap 2 rakaat. Ada pengeras suara, jadi suara imam bisa terdengar jelas saat kita salat. Meski ruang salat yang sempit, jemaah tetap bisa khusyuk mengikuti salat.
Oh iya, di tenda haji khusus yang kami tempati juga disediakan pendingin AC. Kadang AC ini bikin jemaah terutama yang sepuh menggigil karena suhunya disetel 16 derajat celcius.
Untuk urusan buang air hajat, di maktab kami ada 2 toilet, ada belasan pintu toilet untuk jemaah pria dan jemaah wanita. Jadi dengan 3.000 jemaah, bayangkan seperti apa antreannya di toilet, satu pintu kalau di jam-jam 'sibuk' seperti di saat menjelang waktu salat atau jam 2 pagi, antreannya satu pintu bisa 5 sampai 8 orang.
Celoteh jemaah terutama ibu-ibu kalau ada jemaah yang menyelak antrean biasanya terdengar jelas.
"Ibu kalau nyelak antrean saya nggak biarkan masuk," ujar seorang wanita bersuara dengan nyaring sampai terdengar ke toilet pria.
Bapak-bapak yang mendengar tersenyum simpul saja. "Emak-emak lawannya emak-emak juga, kita minggir hahaha," ujarnya.
Kadang ada suara yang bikin tertawa juga. "Ibu kalau di kamar mandi jangan mandi..." lahhh piye toh.. Mungkin jemaah tadi sudah kebelet buang air besar.
Baca juga: Gelar Haji Bukan dari Arab, tapi.... Belanda |
Kami menginap di Mina sejak 8 Dzulhijjah untuk Yaumul Tarwiyah, mengumpulkan perbekalan sebelum berangkat ke Arafah. Setelah di Arafah, kami kembali ke Mina untuk bermalam selama hari Tasyrik sampai 13 Dzulhijjah dan melempar jumrah.
Tetapi ada juga jemaah yang sudah pulang tanggal 12 Dzulhijjah yakni mereka yang berniat Nafar Awal atau meninggalkan Mina lebih awal, untuk yang tetap sampai 13 Dzulhijjah, berniat Nafar Tsani. Nafar tsani adalah jemaah baru meninggalkan Mina setelah melontar ketiga jumrah pada tanggal 13 Dzulhijjah.
detikcom termasuk yang harus meninggalkan Mina pada 12 Dzulhijjah. Dengan semua keterbatasan di Mina, jemaah menganggap itu sebagai ujian dari Allah SWT untuk hambanya, semoga menjadi haji yang mabrur.
Sampai bertemu lagi Mina, mari mendoakan kita semua bisa mabit di Mina.
(ddn/sym)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!