Tradisi Unik di Bali: Pendakian Gunung Ditutup Saat Ada Bayi Kembar Lahir

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tradisi Unik di Bali: Pendakian Gunung Ditutup Saat Ada Bayi Kembar Lahir

Agung Eka Purna Negara - detikTravel
Selasa, 04 Jul 2023 11:07 WIB
Kebakaran hutan di Gunung Abang dipadamkan (Polres Bangli)
Gunung Abang di Bangli, Bali (Polres Bangli)
Bangli -

Tradisi di Desa Adat Abang Erawang, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali cukup unik. Aktivitas pendakian ke puncak Gunung Abang ditutup saat ada bayi kembar lahir.

Peristiwa paling akhir penutupan Gunung Abang setelah ada bayi lahir kembar terjadi pada 11 April hingga 11 Mei 2023. Pada periode itu ada dua ibu melahirkan bayi kembar.

Kedua ibu ini merupakan warga di kawasan Desa Adat Erawang. Seorang ibu dari Desa Abang Batudinding melahirkan anak kembar normal (dua perempuan), dan seorang lainnya dari Desa Abang Songan melahirkan anak kembar buncing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua Pokdarwis Abang Erawang I Nengah Suradnya menuturkan warga desa adat di sana meyakini bahwa kelahiran anak kembar tersebut membuat desa dalam kondisi cuntaka atau kotor. Di Bali, gunung dianggap sebagai kawasan sakral.

"Karena cuntaka itu, warga desa tidak boleh masuk ke tempat suci. Artinya, semua pura yang ada di desa ditutup," kata Suradnya seperti dikutip dari detikBali, Selasa (4/7/2023).

ADVERTISEMENT

Suradnya menjelaskan Gunung Abang masih menjadi bagian dari wilayah tiga Desa Adat Abang Erawang. Selain menutup aktivitas pendakian Gunung Abang, warga juga tidak diperkenankan masuk ke wilayah suci atau tempat suci di wilayah tersebut. Aktivitas pendakian dan kawasan suci akan kembali dibuka setelah seluruh prosesi adat selesai digelar.

"Karena pura yang ada di Bukit Abang masih masuk wilayah desa kami, maka aktivitas pendakian ditutup sementara. Nanti akan diizinkan kembali mendaki setelah semua prosesi upacara adat selesai digelar," ujar dia.

Suradnya menerangkan kondisi cuntaka terjadi selama 42 hari, terhitung sejak anak kembar lahir. Setelah 42 hari itu, desa akan menggelar upacara Mesadi dengan rangkaian prosesi upacara balik sumpah di desa.

Selesai upacara digelar dan desa dinyatakan bersih, barulah aktivitas ke tempat suci dilakukan secara normal. Di sisi lain, ia mengakui sempat terjadi insiden warga meninggal seusai sembahyang di puncak Gunung Abang. Namun, ditutupnya aktivitas pendakian tidak berkaitan dengan insiden tersebut.

"Memang ada insiden pamedek (umat sembahyang) meninggal. Tapi, penutupan itu bukan karena insiden. Memang tradisi kami setiap ada warga melahirkan anak kembar, tempat suci dilarang dikunjungi sementara," dia menegaskan.

Tentang Desa Adat Abang Erawang

Desa Adat Abang Erawang adalah desa kesatuan yang menaungi tiga desa adat. Di antaranya Desa Abang Batudinding, Desa Abang Songan, dan Desa Suter. Tiga desa ini dulunya adalah satu desa yang kemudian mengalami pemekaran secara adat maupun administratif (kedinasan).

Warga Desa Abang Erawang menjalankan tradisi yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Meski begitu, Suradnya tak menjelaskan detail asal-usul tradisi saat ada lahiran anak kembar tersebut.

Menurut Suradnya, kata Erawang pada nama Desa Adat Abang Erawang merujuk pada ketinggian.

"Orang sini menyebut airawang. Perumpamaan seperti di awang-awang, atau desa yang ada di ketinggian. Orang menyebut dari airawang menjadi erawang, berada di atas awan," kata dia.




(fem/fem)

Hide Ads