Opium termasuk dalam daftar narkotika golongan paling berbahaya. Ternyata, dulu barang ini legal dan diproduksi di Jakarta.
Jakarta mempunyai sentra pabrik pengolahan opium. Tepatnya ada di Selemba, Jakarta Pusat. Itu dulu. Kini, gedung itu dipakai menjadi ruang kuliah di Universitas Indonesia (UI) Kampus Salemba.
Pabrik opium Salemba adalah perwujudan usaha Belanda untuk memonopoli bisnis opium. Kalau rempah-rempah, dimonopoli oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), sedangkan opium dimonopoli oleh NHM (Nederlandsche Handel-Maatschappij).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena legal, dulu opium diproduksi secara bebas di Jakarta dan banyak negara lain. Pabrik opium di Jakarta merupakan salah satu pusat produksi yang menyalurkan opium ke sekitar Jawa.
"Yang namanya pabrik opium itu nggak tersembunyi, karena dulu barang legal," kata arkeolog, Candrian Attahiyyat, saat dihubungi detikTravel, Senin (10/7/2023).
"Di negara lain banyak juga, bukan satu-satunya di Jawa juga, tapi di Jakarta ini jadi penyalur ke sekitar Jawa," dia menambahkan.
Selain itu, dulu opium digunakan mirip seperti rokok saat ini, yakni untuk hiburan dan rekreasi, meskipun sama-sama menimbulkan efek kecanduan.
"Tapi memang selain buat medis, tapi seperti sekarang orang merokoklah, pada saat itu, dan ini legal. Selain buat pengobatan di rumah sakit, buat senang-senang," kata dia.
Menurutnya, dulu opium digunakan bukan sebagai doping bagi pekerja rodi, melainkan hanya sekedar untuk kesenangan.
Dipilihnya Salemba menjadi lokasi industri opium tak lepas dari peran adanya rel kereta. Stasiun Salemba yang saat itu berperan mengangkut penumpang dan distribusi barang, juga menjadi salah satu jalur distribusi opium ke berbagai daerah.
Saat ini sisa-sisa bangunan pabrik tersebut masih digunakan di UI Kampus Salemba, tepatnya menjadi sebuah ruang kelas dan juga ruang laboratorium. Terlihat bangunan tua tersebut masih berdiri kokoh walaupun terlihat pula bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan yang sudah berumur.
Menurut Candrian, gedung eks pabrik opium tersebut masih terjaga keasliannya hingga sekitar tahun 1978. Sebelum akhirnya di sekitar 1980-an bagian depannya sudah dibongkar dan telah menjadi ruang rektorat.
Ia berujar tidak ada alasan tertentu mengapa gedung tersebut digunakan oleh UI. Namun ia beranggapan bahwa hal tersebut sekedar pemanfaatan lahan serta bangunan kosong, hingga akhirnya pada sekitar tahun 1950-an telah beralih fungsi menjadi gedung UI.
Dipilihnya lokasi ini menjadi kampus UI, Candrian menilai bahwa itu juga terkait kemudahan akses, sehingga membuat UI menempatkan hati untuk berlokasi di Salemba.
"Pertama karena kebutuhan bangunan yang dipakai sejak Indo merdeka 50-52 sudah jadi UI. Pada tahun 50-an sudah nggak ada opium lagi, sudah jadi ruang kuliah. Kedua itu karena tengah kota yang jadi gampang dijangkau untuk para mahasiswa maupun aktivitas lainnya, jadi nggak terlalu jauh," kata dia.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol