Dua mahasiswa asing dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) hilang dibawa ombak. Peneliti buka suara soal kemungkinan penyebab mereka hanyut.
Pada Sabtu (8/7/2023) sekitar pukul 08.00 WIB, dua orang mahasiswa tamu (WNA) melakukan surfing dan hanyut terseret ombak. Dua mahasiswa asing yang terseret ombak di Pantai Jembatan Panjang, Malang, Jawa Timur, itu bernama Jana Olivia Soland (24) asal Swiss dan Ana Brieva Ramirez (24) asal Spanyol.
Selain dua WNA tersebut, ada tiga orang pemandu wisata dari agen travel yang turut terseret ombak dan hilang saat berupaya melakukan pertolongan kepada dua WNA tersebut. Tiga Warga Negara Indonesia(WNI) itu bernama Mande Indra, Bayu, dan M Ruspandi alias Pendik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sabtu petang, sekitar pukul 17.30 WIB Pendik ditemukan dalam keadaan selamat. Dia sempat terombang-ambing selama 9 jam di laut. Dia ditemukan mengapung dengan jarak 0,586 kilometer atau 0,5 mil dari titik awal terseret ombak.
Widodo S. Pranowo, peneliti ahli utama Bidang Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir, pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melakukan analisis kondisi berdasarkan data elevasi muka laut yang terekam di Stasiun Pasang Surut (Pasut) Badan Informasi Geospasial (BIG) di Pantai Sendang Biru.
"Pantai itu masih satu garis pantai dengan Pantau Jembatan Panjang, wilayah pesisir selatan Malang Selatan. Data yang diambil antara pukul 07.00-09.00. kondisi elevasi muka laut adalah saat menuju surut," ujarnya kepada detikTravel, Selasa (11/7).
![]() |
Artinya, arus laut akibat gradien muka laut secara dominan adalah meninggalkan wilayah pantai menuju ke wilayah laut atau lepas pantai. Hal ini diduga terjadi pada pukul 08.00, saat kondisi arus terkencang/tercepat pada kondisi menuju surut tersebut.
"Sedangkan, kondisi gelombang laut di sepanjang wilayah pesisir Malang Selatan pada Sabtu 8 Juli 2023 sekitar pukul 08:00 wib tersebut, ketinggian gelombang signifikan berkisar 2,3-2,5 meter," kata dia.
Ada dua skenario dugaan terseretnya mahasiswa WNA oleh ombak atau gelombang laut.
![]() |
"Skenario pertama, mahasiswa diduga terhantam oleh gelombang setinggi 2,3-2,5 meter saat surfing di sekitar 450 meter sebelum garis pantai, di mana terdapat area gelombang pecah," kata Widodo.
Sementara di antara area gelombang pecah tersebut terdapat area yang lebih tenang namun memiliki arus kencang (rip current) yang terbentuk dari sisa energi gelombang pecah tersebut. Arus kencang tersebut bergerak kencang menuju lepas pantai.
Apabila terjadi kopling arus antara arus akibat pasut saat menuju surut dan arus rip (rip current) akibat sisa energi gelombang pecah, maka bisa jadi arus menjadi sangat cepat menghanyutkan mahasiswa menuju ke lepas pantai.
![]() |
"Jika dimisalkan kecepatan hanyut tersebut 2 meter per detik, maka dalam waktu 10 menit saja mahasiswa tersebut terhanyut lebih dari 1 kilometer tegak lurus ke arah laut dari garis pantai," kata dia.
"Skenario kedua sebagai skenario lanjutan, ketika kecepatan hanyut yang tegak lurus pantai tadi berkurang kekuatannya, kemudian body mahasiswa terhanyutkan oleh arus yang didorong oleh angin dari tenggara menuju ke barat-laut, kemudian terdampar di Pantai Bantol, yang letaknya lebih dari 8 kilometer sebelah barat Pantai Jembatan Malang," ujar dia.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol