Jalan Salemba menyimpan spot bersejarah. Salah satunya Gedung Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, yang ternyata merupakan cagar budaya.
Salemba di Jakarta Pusat, merupakan salah satu daerah yang eksis sejak era kolonial. Pada Sabtu, (8/7/2023), detikTravel berkesempatan menjelajahi kawasan Salemba dalam agenda walking tour untuk melihat sejumlah spot sejarah di tengah kota.
Salah satu yang kami temui adalah Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Cipto Mangunkusumo. RS ini merupakan salah satu tempat yang berkaitan erat dengan sejarah Jakarta, khususnya di sektor kesehatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung ini merupakan salah satu dari bangunan cagar budaya dan diresmikan melalui SK Gubernur nomor 475 tahun 1993. Gedung ini memiliki sejarah yang panjang.
Jika berkunjung di sekitar Salemba, tepatnya di jalan Jl. Diponegoro No. 71 Senen Jakarta Pusat, gedung rumah sakit ini langsung membetot perhatian mereka yang lewat. Sebab, rumah sakit ini memiliki fasad yang unik. Gedungnya besar bergaya eropa klasik, khas era kolonial.
Gedung RS ini dicat putih. Begitu pula dengan ornamennya, seperti list, pintu oval, jendela, dan lain sebagainya. Tak lupa, hadir juga sebuah patung dari sosok yang menjadi nama rumah sakit ini, yakni Cipto Mangunkusumo.
Rumah sakit ini telah beberapa kali berganti nama, awalnya rumah sakit ini bernama CBZ (Centrale Burgelijke Ziekenhuis). Sebelum pada tahun 1945 namanya Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON). Kemudian, pada 1950 ROSN berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP).
Hingga akhirnya pada 17 Agustus 1964, Menteri Kesehatan Prof Dr Satrio meresmikan RSUP menjadi Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (RSTM), yang sejalan dengan perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia menjadi RSCM.
Dipilihnya Cipto Mangunkusumo sebagai nama dari rumah sakit ini tak terlepas dari kontribusi Cipto pada dunia kedokteran. Dia disebut juga sebagai seorang dokter yang rela mengabdi dan tak hanya bekerja untuk yang membayar.
"Mengapa akhirnya dikasih nama RS Cipto, karena pada saat itu Cipto Mangunkusumo adalah lulusan dari Stovia di tahun 1905. Terus akhirnya menjadi dokter, jadi nama pada saat itu menurut Sukarno dipersembahkan karena perannya jadi dokter nggak cuma dokter yang harus membayar, tapi dia dokter yang benar-benar mau menolong, mengabdi dan mengorbankan untuk Indonesia," ujar pemandu wisata dari Jakarta Good Guide, Rony Maulana Djusri, saat mendampingi peserta walking tour, Sabtu (8/7/2023).
Salah satu catatan menunjukkan RSUPN Cipto Mangunkusumo jadi tempat terakhir kali bapak bangsa Mohammad Hatta menghela napas terakhir pada 14 Maret 1980.
Saat ini, RSUPN Cipto Mangunkusumo menjadi salah satu rumah sakit terbesar dan terlengkap.
"Dari banyak daerah misalnya Bogor juga dirujuk ke sini, karena rumah sakit yang cukup lengkap peralatannya," ujar Rony.
Sejarah
Dikutip dari laman resmi RSCM, rumah sakit ini berawal dari 1896, yakni saat Dr H.Roll ditunjuk sebagai pimpinan pendidikan kedokteran di Batavia. Kemudian tahun 1910, Sekolah Dokter Jawa diubah menjadi STOVIA, yakni cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada 19 November 1919 didirikan CBZ yang disatukan dengan STOVIA. Setelah itu, penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan kedokteran semakin berkembang dan meluas. Hingga akhirnya pada Maret 1942, Indonesia diduduki Jepang, CBZ dijadikan rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin).
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol