Beberapa waktu lalu, ada kasus turis terjepit travelator hingga kakinya terpaksa diamputasi. Lantas, sebaiknya naik travelator mesti jalan kaki atau diam berdiri?
Seorang wanita yang tak disebutkan namanya, akan melakukan perjalanan ke kota Nakhon Si Thammarat di Thailand. Seperti calon penumpang lainnya, wanita ini berjalan di travelator atau moving walkaway yang ada di Bandara Internasional Don Mueang.
Namun, tiba-tiba saja, kaki kiri wanita ini nyangkut ke dalam mesin travelator. Dia pun berteriak. Petugas bandara lalu mematikan mesin travelator dengan sigap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayang seribu sayang, kaki wanita itu tak terselamatkan. Kaki wanita itu terpaksa harus diamputasi.
Kasus ini pun menjadi pembicaraan di media sosial. Banyak traveler bertanya-tanya, bagaimana cara yang benar menggunakan travelator?
Studi Universitas Negeri Ohio di tahun 1996, berdasarkan data pejalan kaki di Bandara Internasional San Francisco dan Cleveland Hopkins menemukan, kecepatan orang berjalan kaki sekitar 1,6 mph (2,5 km per jam) di travelator bandara.
Itu lebih cepat dibandingkan dengan sekitar 2 mph (3,2 km per jam) di jalur biasa. Rata-rata, pejalan di travelator tiba di gerbang mereka hanya 14 detik lebih cepat dibanding jalur biasa.
Studi lain dari Universitas Princeton menggunakan dua model matematika juga menunjukkan bahwa orang cenderung memperlambat perjalanan untuk mengurangi konsumsi energi.
Tidak ada aturan resmi untuk penggunaan travelator bandara, apakah lebih baik sambil berjalan kaki atau berdiri saja. Tetapi ada beberapa etiket universal yang berlaku ketika traveler menggunakan travelator bandara.
Mereka yang memilih berdiri di travelator harus berdiri di sebelah kanan, dan mereka yang memilih berjalan harus di sebelah kiri. Untuk menjaga jalur tetap bersih, jangan pernah berdiri dua sejajar dan jauhkan barang bawaan dari jalur pejalan kaki.
Travelator biasa bergerak dengan kecepatan sekitar setengah kecepatan (2,25 km per jam) dari kecepatan berjalan alami manusia yang mencapai 4,8 km per jam.
Travelator dapat menjadi penyelamat bagi wisatawan dengan mobilitas terbatas, jadi sebaiknya jangan menjadi halangan dan sediakan ruang untuk pelancong lain melintas.
--------
Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol