Pemasangan Chatra di Borobudur Diusulkan Lagi, Arkeolog Menolak

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pemasangan Chatra di Borobudur Diusulkan Lagi, Arkeolog Menolak

Eko Susanto - detikTravel
Selasa, 25 Jul 2023 10:33 WIB
Buddhist monks from Tibet, perform Pradaksina at Borobudur temple in Magelang, Central Java, on June 1, 2023. Buddhist monks from various countries, have arrived at Borobudur Temple to celebrate Vesak day on June 4. (Photo by Aditya Irawan/NurPhoto via Getty Images)
Candi Borobudur. (Aditya Irawan/NurPhoto via Getty Images)
Jakarta -

Pemasangan chatra di puncak stupa Candi Borobudur kembali diusulkan oleh Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut. Namun, arkeolog justru tidak setuju usulan tersebut karena pada kajian sebelumnya disebut tak layak pasang.

Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Marsis Sutopo menyampaikan jika usulan serupa pernah disampaikan pada 2008. Saat itu, berdasarkan hasil seminar dan diskusi melibatkan arkeolog senior dan ahli pemugaran disimpulkan chatra tidak layak dipasang.

"Dulu sekitar tahun 2008/2009 pernah ada permintaan (pemasangan). Setelah melalui kajian dan diskusi para ahli disimpulkan chatra tidak layak dipasang kembali karena diragukan keasliannya," kata Marsis saat dihubungi detikJateng, Senin (24/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, kata Marsis, juga tidak diketahui dengan pasti bagaimana bentuk chatra stupa induk Candi Borobudur.

"Pemugaran Van Erp 1907-1911 pernah memasang rekonstruksi chatra dengan sebagian batu-batu baru, tapi dicopot/dilepas kembali. Sehingga bentuk akhir dari stupa induk seperti yang kita lihat sekarang ini," ujar Marsis, yang pernah menjabat Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB).

ADVERTISEMENT

"Tahun 2018 ada permintaan kembali untuk dipasang. Setelah dilakukan seminar dan diskusi di Magelang dengan mengundang para arkeolog senior, ahli pemugaran dan sebagainya. Kesimpulannya chatra juga tidak layak untuk dipasang karena pertimbangan-pertimbangan arkeologis," katanya.

Marsis menjelaskan secara arkeologis hasil akhir pemugaran Candi Borobudur Tahap I (1907-1911) dan Tahap II (1973-1983) yang dilihat sekarang.

"Jika ada penambahan elemen atau bagian perlu dikaji secara mendalam karena Candi Borobudur sebagai Cagar Budaya peringkat Nasional dilindungi oleh UU Cagar Budaya No 11 / 2010. Selain itu, sebagai Warisan Dunia (World Heritage) juga dilindungi oleh Konvensi UNESCO 1972," katanya.

"Ada prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang perlu diikuti/dipenuhi antara lain keaslian bahan, bentuk, arsitektur dan sebagainya. Selain itu, karena sudah menjadi Cagar Budaya Nasional tentunya perlakuan, perubahan, dan penambahan elemen tentunya harus seizin Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek," Marsis menegaskan.

Ya, Menag Yaqut mengusulkan pemasangan kembali chatra di puncak stupa Candi Borobudur. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merespons positif usulan tersebut.

Usulan tersebut disampaikan Gus Yaqut dalam rapat koordinasi nasional pengembangan lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) di Hotel Plataran Borobudur, Jumat (21/7).

Menanggapi hal tersebut, Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito mengatakan, BRIN mendukung penuh pemasangan chatra tersebut jika bermanfaat untuk umat Buddha Indonesia dan seluruh dunia.

"Kalau memang itu (pemasangan chatra) memberikan satu manfaat dan mengembalikan yang sesungguhnya ada di sini dalam konteks Candi Borobudur, maka itu merupakan satu dukungan BRIN dalam berbagai aktivitas riset dan kemudian kajian-kajian," katanya kepada wartawan di sela-sela menghadiri Asalha Mahapuja 2567 BE/2023 di Candi Borobudur, Minggu (23/7).

Chatra adalah bagian atas stupa di lantai teratas Candi Borobudur. Saat ini chatra tersebut disimpan di Museum Karmawibhangga Taman Wisata Candi Borobudur.

"Nanti akan ada tim khusus yang sudah ada sertifikasi dan sebagainya. Ini yang nanti akan kita diskusikan menjadi tim besar untuk merencanakan pemasangan itu. Saya kira (pemasangan) juga bisa dilihat dari sakralnya seperti apa, bukan hanya memasang sesuatu," ujar dia.

Di sisi lain, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno melihat pemasangan chatra sebagai upaya pengembangan wisata berbasis spiritual. Ia menyebut jika hal itu dikembangkan, berpotensi mengundang jutaan turis dan menggerakan ekonomi.

"Kalau wisata spiritual ini dikembangkan, maka ada potensi kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 2 juta. Dan ini untuk kunjungan ke destinasi super prioritas Borobudur dan kegiatan beribadah untuk umat buddha," ujar Sandiaga dalam konferensi pers, Senin (24/7).

"Dari total 2 juta wisatawan mancanegara untuk spiritual, ini harus dibuat beberapa tambahan fasilitas mereka beribadah. Karena ini situs UNESCO secara heritage, tentu dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait termasuk UNESCO karena kita menjaga aspek konservasinya. Tapi, juga ada peluang untuk menghadirkan dampak ekonomi sekitar 2 milliar USD atau Rp 30 triliun, karena 2 juta wisatawan mancanegara ini adalah wisatawan yang berkualitas," kata Sandi.

______

Artikel ini telah tayang di detikJateng




(wkn/fem)

Hide Ads